Selasa, 02 Mei 2017

Mendidik Anak Untuk Bahagia

Add caption
Beberapa hari lalu, tepatnya pas anak-anak didik saya di SFC Kids Futsal latihan, ceritanya saya membagikan piala yg sudah di duplikat kepada para murid yang ikut lomba futsal seminggu sebelumnya. Niatan saya membagikan ini saat waktu latihan, agar bisa memotivasi anak-anak lain yg belum terpilih ikut bertanding, agar juga semakin semangat untuk juga bisa seperti temen-temennya yang bertanding dan menang itu. Ternyata diluar prediksi saya, ada beberapa anak yang menangis, sampe mamanya kerepotan untuk menenangkannya. Ada yang menangis disana sampe ngambek-ngambek ga mau pulang dan akhirnya mamanya minta saya untuk menjual salah satu piala yang sebetulnya adalah pesanan anak yang bertanding, tapi pas ga dateng. Mamanya memohon sama saya supaya bisa dibolehkan membeli piala itu untuk anaknya yang ngambek dan menangis. Akhirnya saya kasih lah itu piala.. Ada lagi anak yang ternyata ngambeknya setelah sampe dirumah, sampe mamanya juga berusaha menenangkan dan memberi pengertian kepada anaknya. 

Karena hal ini saya pun merenung, ada PR (besar) bagi saya dan mungkin juga para orangtua lainnya, akan hal ini.  Mungkin mereka hanyalah anak-anak  yang  wajar saja ngambek ketika apaa yang mereka inginkan ga sesuai dengan kenyaataan yang ada. Tapi yang saya pikirkan adaalah problem solving dari masisng-masing orangtua, beda kepala beda pula  cara penyelesaian masalahnya. Ada ortu  yang  memilih ga mau ribut bin ribet.. anak mau apa, kasih aja atau beli aja deh.. beresss!  Tapi ada ortu yang mau  ribet sedikit, ekstra sabar ngadepin ngambek anak, bahkan ada  yang mungkin sampe pake  tantrum segala.  Berusaha bujukin, kasih pengertian agar anaknya ga perlu ngambek.. bahwa intinya mereka harus bisa menerima kondisinya, bahwa ga semua keinginan kita itu, hasil akhirnya sesuai dengan harapan dan kemauan kita. 

Poin utamanya yang bagi saya menjadi PR (besar) buat saya adalah, mempersiapkan anak untuk kalah, mempersiapkan mental dan pemikiran anak untuk siap jika menghadapi situasi yang ga sesuai harapan mereka. Menyiapkan mereka bagaimana menerima hal yang ga sesuai dengan maunya mereka dengan jiwa besar, ikhlas dan justru menjadi motivasi untuk memperbaiki diri agar pantas mendapatkan apa yang diinginkan. 

Pada saat murid-murid SFC Kids Futsal saya bertanding beberapa minggu lalu, ada beberapa catatan dan hal yang cukup mengusik pikiran saya. Ada sebuah sekolah dasar yang akhirnya bertemu lagi dengan kedua tim yang kami kirim di Final. Khususnya tim yang kelas 4-6 SD ya.. Ceritanya, mereka ini sudah bertemu di babak penyisihan, dan meski sudah berusaha, anak-anak kami tetap harus mengakui keunggulan mereka dengan kalah skor 4-2. Tetapi yang bikin agak takjub, anak-anak SD yang jadi lawan kami ini, amat sangat bernafsu untuk menang, sehingga yang kami lihat di lapangan, mereka seperti membolehkan berbagai cara, mulai dari nyikut, dorong kasar, sengaja nabrakin diri saat rebutan bola dst. Woww.. saya sampe kaget juga, anak SD loh.. mereka sudah bertanding dengan pola seperti itu. Yang lebih mengagetkan lagi, orangtunya.. orangtuanya loh ya.. ada teriakan beberapa ibu yang justru menyuruh anaknya untuk berbuat kasar. "Udah sikut aja.. hajar biar tau dia..". Ck..ck..ck.. Saya sebagai manager tim SFC Kids Futsal, saat itu meski anak-anak kalah, tetap menyemangati mereka bahwa mereka sudah bermain bagus, sportif dan kompak. Ga masalah kalian kalah, karena itu lah kompetisi, ada menang ada kalah. Jadikan kekalahan ini sebagai pijakan kalian untuk jadi tim yang lebih baik lagi. 
Wajah sumringah anak-anak bersama pelatihnya saat pembagian piala

Ternyata karena sistem pertandingan adalah sistem skoring tertinggi, tim kami meski kalah tetap lolos dari babak penyisihan. Anak-anak kami berhasil bangkit lagi, menang lagi, dan akhirnya di final bertemu lagi dengan tim yang mengalahkan mereka di babak penyisihan. Di final ini, tim kami berhasil membalas kekalahan dengan menahan mereka dengan skor sama yaitu 1-1. Namun harus gagal di tendangan penalty yang terakhir.. mereka unggul 5-4. Mereka menang? Ya mereka menang secara skor.. Secara mental? bagi saya tidak. Seperti pada babak penyisihan lalu, mereka kembali bermain kasar. Ada 2 anak SD di tim lawan yang secara postur, tinggi sekali untuk ukuran anak SD.. hampir 170 cm tingginya.. katanya sih mereka ada SD.. ya gapapa deh kalo beneran SD.. hehehe.. tapi kalo ternyata alumninya yang diajak main lagi, kan ga fair ya. Saat pembagian piala, meski kalah anak-anak tim kami semua bergembira, semangat naik ke panggung. Sebaliknya tim lawan yang juara 1, ga ada 1 pun yang nongol dan naik panggung, hanya diwakili perwakilannya saja. Ada apa..? Ga terima bahwa ternyata ada tim yang bisa ngimbangin kehandalan mereka..? Lalu gengsi mau sepanggung sama lawannya..? :)
Entah kenapa saya langsung teringat pula dengan fenomena pendukung sang petahana DKI yang gagal lanjut jadi Gubernur. Sepertinya kekalahan malah jadi euforia unik sekarang ini. Ketika gagal, kita memang butuh untuk menghibur diri, menguatkan diri dan pastinya mengevaluasi diri. Jangan hanya menghibur diri terus ga berkesudahan sehingga menjadi semua pemakluman atas kekalahan diri, justru yang utama itu jangan lupa evaluasi diri dan pastinya bangkit lagi, mulai lagi.. kalo bahasa ramenya sekarang Move On, hehehe..  Menurut saya.. menurut saya yaa.. ga sepaham boleh aja.. Menurut saya, sikap kita orang dewasa yang seperti ini, ga lepas dari pola didikan yang kita dapatkan ketika kecil. Terbiasa mendapatkan segala yang kita mau, selalu dituntut untuk jadi yang terbaik, selalu juara, harus punya nilai bagus, harus jadi orang kaya, jadi orang pinter dst..dst.. 

Kita lupa mengajarkan dan mendidik anak kita untuk bahagia.. lupa mengajarkan dan mendidik mereka bagaimana menghadapi kekalahan, menghadapi situasi atau kenyataan hidup yang kadang sering ga sesuai harapan.. Lupa mengingatkan, mengajarkan dan mendidik mereka bahwa hidup itu seperti roda, kadang dia ada dibawah kadang diatas. Kita lupa mengajarkan dan mendidik anak kita untuk punya mental pejuang, mental sportif, mental bersaing secara fair, dan  tau batasan. 

Selamat Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2017. :) 

Kamis, 21 April 2016

Emansipasi? Yakin Lo Jeng..?


Lagi rame orang bahas Kartinian. Hehehe.. saya juga mau beropini ah. Sosok Ibu Kartini ini memang tidak dilepaskan dari sosok wanita saat ini. Konon katanya (dari cerita-cerita sejarah yang saya tau dari SD hingga saat ini), berkat jasa beliau lah.. wanita saat ini bisa berpendidikan tinggi layaknya laki-laki. Berkat beliau pula lah, adanya gender atau jenis kelamin laki dan perempuan itu dianggap sederajat. Begitu ya..? Maaf kalo saya salah ya.. tapi doktrin sejarah Ibu Kartini yang saya dengar dan ingat ya seperti itu. 

Oke, saya ga akan bahas soal sejarahnya ibu Kartini itu, tetapi lebih ingin membahas emasipasi wanita yang selalu dihubungkan ketika Hari Kartini tiba. Saya buka bahasan blog saya ini dengan tema Good Morning Hard Rockers (GMHR) di Hard Rock FM Jakarta yang sempat saya dengarkan seperempatnya pagi tadi, 21 April 2016. Penyiar GMHR ini kebetulan 2 cowo gokil kalo menurut saya.. hahaha, lucu dan menyenangkan dengerin si Gofar dan Andira ini (nama penyiarnya). Ceritanya pagi tadi mereka angkat tema, "Jangan bilang emansipasi wanita kalo masih....", titik-titik ini silahkan dijawab sama para pendengarnya, begitu kata mereka. Tapi dalam pengantarnya, mereka berdua bahas kesebalan mereka saat menemukan wanita yang kayaknya maunya dihormati melulu. Contoh yang dikasih Gofar adalah, saat dia naik kereta, ada seorang perempuan berdiri di dekat dia, lalu si perempuan itu negur Gofar yang duduk, intinya dia mengharapkan Gofar mau berdiri kasih itu kursi buat dia yang perempuan. Si Gofar pun jawab, "Lah emang kenapa kalo situ perempuan? Emang perempuan ga boleh berdiri? Kecuali mbak sakit atau hamil. Pertanyaan saya mbak hamil??", digituin sama si Gofar. 

Lain Gofar, lain pula Andira, yang bilang ga usah ngomongin emansipasi, kalo masih suka pake kata-kata "Ladies First", lalu kenapa harus ada "Ladies Parking" emang laki-laki ga butuh parkiran yang dekat pintu masuk mall? Udah gitu menurut Andira, emansipasinya itu kayaknya sekarang jadi ajang untuk berusaha melebihi (baca:Menyaingi) laki-laki, begitu kira-kira kata Andira. Hahahaha.. saya sih ga nyalahin mereka ya.. tapi saya juga ga sepenuhnya mendukung mereka. Saya juga mikirnya perempuan ini mahluk yang "licik", hihihi.. maksud saya, kami perempuan suka meneriakkan emansipasi, tapi disisi yang sama juga selalu meneriakkan "ladies first please" (dahulukan perempuan dong!). Kalo saya ibaratkan, mau lomba lari nih si laki dan perempuan, tapi pas start mulai, perempuan minta dia yang lari duluan, nanti si laki baru nyusul, kalo si perempuan menang, dia merasa ya itu karena usaha keras dia, tapi kalo si perempuan kalah, dia akan bilang, "ya wajarlah, saya kan perempuan, masa' lawan laki-laki". Hahahahaha.. 

Tapi sebenernya saya pribadi juga bingung, kok saya bisa ngomong begini ya, saya kan harusnya pro perempuan dong, kan saya juga perempuan, saya adalah salah satu Kartini-Kartini masa kini.. hehehehe.. Ehmmm mungkin ini karena saya nih tomboy.. Jadi kadar berpikir ala perempuan dan ala laki-lakinya cenderung balance dibanding perempuan yang ga tomboy. Mungkin yaa.. mungkin loh! Sampe-sampe saya sendiri kalo nyetir bawa mobil, trus di depan saya ada mobil yang jalannya pelan, atau kayaknya labil gitu, kiri ga, kanan ga.. Atau yang parkir paralel ataupun parkir mundur, mobilnya kudu bolak-balik yang 5 menit ga cukup deh markirinnya, dalem hati saya bilang,"pasti yang nyetir nih perempuan deh!", dan biasanya bener. Hahahaha.. 

Oke cukup ya bahas latar belakangnya. Bagi saya emansipasi wanita itu adalah kesempatan bagi wanita untuk juga bisa eksis di berbagai bidang kehidupan sosial dan ekonomi. Memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk menuntut ilmu pendidikan setinggi mungkin. Untuk bagian ini saya sepakat dan sangat setuju. Tetapi meski memiliki kesempatan yang sama, tetap ada batasan-batasan yang harus dijaga, dipatuhi dan dijalankan. Ini bagi saya yaa.. terserah sih kalo ada yang ga setuju atau pun setuju sama saya.. Saya tetap akan melakukan yang terbaik yang bisa saya lakukan di semua bidang yang saya geluti, tetapi bukan untuk berusaha menyaingi, atau sekedar ego saja," Elo bisa, kenapa gue ga bisa?!". Jadi balik ke cerita diatas nih, saya setuju sama si Gofar dan Andira GMHR Hardrock FM, ngapain tereak-tereak emansipasi, kalo ternyata kamu masih suka ngarep "ladies first", masih minta dimaklumi, dll. 

Rabu, 06 April 2016

Menjadi 35


Hehehe.. ternyata selama 2016 saya belum pernah update blog pribadi saya ini. Baiklah, hari ini saya nulis, menulis perasaan saya being 35 years old! Hahahaha.. banyak ya angkanya.. ga kerasa.. Alhamdulillah sudah 35 tahun Allah percayakan nafas dan jasad ini untuk terus bisa menikmati berbagai suka duka dunia. Terima kasih Ya Allah.. setelah tahun ke 35 ini, entah berapa lama lagi sisa waktu yang masih Engkau berikan kepadaku.. masih ada kah tahun ke 36, 37, 38... hingga usia dimana aku bisa melihat anak-anakku menikah dan aku pun punya cucu..? Atau bahkan tidak sampai..? Wallahualam Bissawab..

Hari Rabu, 6 April 2016, bukan lah hari yang sangat saya nantikan dan saya ingat-ingat seperti tahun-tahun sebelumnya. Tetapi ga mungkin juga kan hari tersebut bisa dilompatin. Tanggal itu menjadi tanggal penggenap usia saya saat ini. Sejak bangun subuh, saya bersyukur dan berdoa, atas karunia usia, kesehatan, keluarga yang baik dan lingkungan yang baik yang Dia percayakan pada saya. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya dimana saya berharap ini dan itu dari suami. Tapi ternyata suami dan anak-anak, tetap menyiapkan sebuah kue ulang tahun bahkan pake bunga segala.. hahahaha (dah tau bininya tomboy, ga gitu suka sama bunga, tapi itulah bentuk perhatiannya yaa,,), mereka memeluk dan mendoakan saya agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Meski sebenarnya doa itu sehari-hari juga udah kami saling panjatkan kepada Allah. Yaa itulah ceremonial.. sekedar ceremonial menurut saya. 

Di hari ulang tahun saya itu pun, saya menerima begitu banyak ucapan selamat dan doa-doa yang baik-baik dari segenap sahabat, teman dan keluarga. Saya membaca satu persatu ucapan dan doa-doa mereka, dan saya "aamiin"-kan dalam hati, serta saya balas pula satu persatu ucapan via message dari mereka yang sudah memberikan sedikit perhatiannya bagi saya. Insyaa Allah semua sudah saya balas yaa... ^_^ Mungkin buat mereka ini sebuah hal sepele, "apa susahnya sih sekedar ngetik Happy birthday,, wish you all the best..bla..bla..bla.. dst..", tapi bagi saya ini adalah hal yang sangat berarti :) Sangat berarti.. khususnya doa-doa yang disampaikan. Insyaa Allah semua tulus yaa mendoakan saya.. Aaamiin.. hehehe.. Dan saya pun membalas doa-doa mereka dengan doa2 yang sama. Semoga saya dan keluarga serta semua sahabat, teman, relasi dan keluarga besar saya, senantia dalam lindungan-Nya. Aamiin.. 

Ada pula yang saya lihat, tidak mengucapkan "Selamat ulang tahun" atau "Happy birthday" atau sejenisnya.. tetapi langsung doanya.. "Barakkallah"yang artinya semoga diberkahi Allah.. ada pula yang lebih lengkap lagi "Barakallah fii umrik", yang artinya semoga mendapatkan keberkahan dari Allah di sisa usiamu. Alhamdulillah.. semua saya terima dengan suka cita, doa-doa yang baik-baik ini yang membuat saya bersuka cita. Meski sebetulnya, dibalik itu semua, sebetulnya usia saya berada di dunia pun juga sudah berkurang.. entah tinggal sisa berapa lagi. Dan perbedaan cara mengucapkan selamat ulang tahun ini pun, hari ini sudah saya pahami. Paham sekali. Yang pasti tahun ini saya mendapatkan ucapan dan doa lebih banyak dari tahun lalu.. hahaha.. Alhamdulilah.. ^_^

Akhir kata, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk suami saya, orang tua saya, mertua saya, anak-anak saya, sahabat, teman, relasi dan keluarga besar yang sudah berkenan mengirimi saya doa-doa terbaiknya di hari ulang tahun saya. Saya juga mohon maaf jika ada kesalahan dan kekhilafan saya, baik yang disengaja maupun tanpa sengaja, dan kepada-Nya saya mohon diampuni. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya, di tengah berbagai cobaan alam yang terjadi, dan juga cobaan politis di negara kita ini. Aamiin.. Yaa Robbal'aalamiin.. 



Rabu, 25 November 2015

Jadi Guru Kelas Sehari

Pernah ga ngomong sama orang trus orangnya ga dengerin kita? Gimana perasaannya? Kesel? Kalo yang berani mah, bisa negur lawan bicaranya kan, bagus kalo dia akhirnya mau dengerin. Kalo ga..?? Bete kan.. Kira-kira begitulah rasanya, saat saya berada di depan anak-anak kelas 2 SD. Ada beberapa anak yang asyik dengan kegiatan mereka sendiri, tetapi banyak pula yang mau mendengarkan saya saat mendongeng cerita untuk mereka. Kesal..? Iya. Mau negur anaknya? Ya ampuun.. mereka cuma anak umur 7 tahunan lagi.. wajarlah kalo masih suka gampang kepecah konsentrasinya dan cepat bosan. Disitulah tantangannya bagi saya untuk bisa mendapatkan perhatian dari anak-anak ini.

Rabu, 25 November 2015, ceritanya adalah Hari Guru yang diramaikan oleh sekolah anak saya dengan program "Orangtua Mengajar". Atas mandat dari para orangtua murid di kelas anak saya, saya diminta mewakili untuk mengajar di kelas.  Saya pun memilih menceritakan dongeng yang sarat pesan moral bagi anak-anak yang dilengkapi dengan games untuk praktek. Karena saya pikir saya bukan lah guru.. sehingga saya belum merasa pantas untuk disebut mengajar, lebih senang menyebut kegiatan saya tadi di kelas sebagai berbagi. Saya memilih cerita Semut dan Kepompong sebagai dongengnya (baca: http://www.dongenganakindonesia1.com/2012/03/dongeng-anak-indonesia-kisah-semut-dan.html ).

Tujuan saya dengan tema ini dan pilihan dongengnya adalah, ingin agar anak-anak bisa dan mampu (baca:berani) mengekspresikan perasaannya baik dalam bahasa lisan (verbal) maupun bahasa simbol (non verbal). Karena banyak orang tua tidak menyadari, hubungan dekat orangtua dan anak, dibangun sejak usia dini, jika sejak kecil komunikasi antara orangtua dan anak tidak dekat, itu akan menjadi kebiasaan hingga anak-anak dewasa kelak. Lewat dongeng yang saya ceritakan, ada nilai-nilai moril yang Inshaa Allah bisa diingat anak-anak, karena hal-hal yang menyenangkan lebih mudah diingat anak, begitu kan..? Begitu pula dengan guru mereka, agar anak-anak ini bisa menyampaikan perasaan dan kebutuhan mereka secara baik kepada gurunya.
Anak-anak saya bebaskan untuk duduk dimanapun yang mereka inginkan

Saat mendongeng
Pastinya saya agak kewalahan menghadapi puluhan murid kelas 2 SD yang semuanya beda karakter, kenal juga ga, dan saya pun bukan seorang guru yang berpengalaman. Setidaknya saya bisa berempati di posisi guru hari ini. Mereka betul-betul dituntut untuk memiliki kesabaran yang ekstra, kreatifitas yang tinggi untuk bisa terus mendapatkan perhatian dari murid-muridnya, pemahaman ilmu dan tentunya kecerdasan emosi yang baik. Saya yang hanya 1 jam bersama anak-anak di kelas, sempat merasa kewalahan, apalagi guru yang untuk sekolah-sekolah swasta, yang umumnya minimal 7 jam sehari menghadapi berbagai karakter muridnya. Dan mereka para guru bukan robot loh! Mereka juga punya hati dan rasa seperti kita para orangtuanya ini, mereka juga punya kehidupan pribadi yang terkadang, masalah pribadi mereka membuat kondisi mereka yang lelah secara perasaan, terkadang tanpa disadari tertuang dalam bentuk sikap yang lebih tegas dalam menghadapi muridnya, yang kadang dibahasakan "galak" oleh sebagian murid dan orangtua.

Melalui pengalaman saya hari ini, saya ingin mengajak para orangtua yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah. Bahwa guru bukanlah baby sitter.. guru bukanlah bawahan kita yang kita bayar untuk mendidik dan mengajar anak-anak kita. Buat saya pribadi guru adalah partner saya dalam mendidik dan mengajarkan hal baik kepada anak-anak saya. Sehingga bangunlah komunikasi yang baik dengan guru anak-anak kita. Diskusikan masalah anak kita di rumah dengan guru anak kita di sekolah. Bersama-sama kita cari solusi terbaik bagi anak-anak kita. Masalah pendidikan anak tidak akan pernah berhasil jika guru dan orangtua tidak bekerjasama dengan baik. Pendidikan bukan cuma akademik, tetapi juga pendidikan moral dan karakter yang peran orangtua adalah memiliki porsi terbesar. Dengan kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan baik kepada orangtua dan gurunya, hal itu pun akan semakin memberi hasil yang lebih baik lagi. Salut untuk mereka yang setia dengan profesi guru :)
Pose sama partner "Orangtua Mengajar" di kelas anakku

Selamat Hari Guru... bagi seluruh guru di Republik Indonesia. Semoga jasamu menjadi ladang amal seumur hidup bagimu.. Terima kasih bapak dan ibu guru.. :)



Sabtu, 10 Oktober 2015

SFC, Kelas Futsal Untuk Anak di Bekasi

Berawal dari kesukaan anak-anak kami bermain bola. Emang sih ga yang suka-suka banget main bola, tapi intinya sih mereka suka main bola sebagaimana anak laki-laki pada umumnya. Kami mencari tempat kursus bola atau sekolah bola untuk anak-anak kami yang pas untuk anak-anak seusia mereka, baik dari sisi lokasi latihan, karakter pelatih hingga lingkungan teman-temannya. Tapi kami tidak menemukan yang sesuai kebutuhan kami. Maka, dengan niat ingin bisa memberikan kegiatan belajar non akademis outdoor yang positif bagi putra-putra kami, muncullah Setianegara Futsal Class atau SFC di Rawalumbu Bekasi. Kelas Futsal anak-anak ini diperuntukkan untuk anak-anak usia 5 hingga 15 tahun. Selain tujuan pribadi tadi, SFC Rawalumbu Bekasi ini, bertujuan ingin menjadi wadah bagi anak-anak untuk berkegiatan fisik positif di hari libur mereka. Sedangkan tujuan jangka panjangnya, membina anak-anak yang berbakat di bidang futsal untuk lebih mengembangkan skill futsal mereka dengan mengikutsertakan ke berbagai kompetisi futsal untuk anak mulai U8, U10, U12 hingga U15.
Kelas Futsal ini jauh dari niatan komersil.. tapi mungkin niatan idealisme kami untuk ingin bisa membangun generasi anak di sekitar tempat tinggal kami, Rawalumbu Bekasi. Insyaa Allah anak-anak selain dibina skill bermain futsalnya, juga akan dibina sikap dan mental mereka. Bagi yang ingin bergabung, biaya pendaftaran untuk bergabung adalah sebesar Rp 100 ribu. Setiap pendaftar akan mendapatkan rompi latihan. Untuk biaya bulanan adalah sebesar Rp 120 ribu. SFC Rawalumbu Bekasi juga memberikan pilihan untuk metode bayaran, selain bulanan juga ada yang mingguan, atau perkedatangan, yaitu Rp 40 ribu untuk setiap 1x latihan. Latihan dilaksanakan setiap hari Minggu pagi, jam 7 hingga jam 9 pagi, di RA'Lumbu Futsal Center, yang berlokasi di jembatan 1 Rawalumbu Bekasi.
Untuk Anda yang memiliki putra atau putri, berdomisili di Bekasi dan sekitarnya, jika anaknya ingin bergabung, silahkan langsung datang di setiap latihan kami. Setiap hari Minggu, jam 7 - 9 pagi, di Ra'Lumbu Futsal Center, Jembatan 1 Rawalumbu Bekasi. Atau bisa menghubungi 081808923040. Untuk sponsorship, juga bisa menghubungi nomor yang sama. Salam Olahraga! ðŸ˜Š
Anak-anak briefeing setelah latihan

Istirahat setelah latihan
Salah satu metode latihan skill SFC Rawalumbu Bekasi

Beberapa murid foto bareng dengan Piala, hasil pencapaian mereka. 

Kamis, 13 Agustus 2015

Syukuran Khitan Nadeem-Hanif Lancar Terselenggara

Minggu pagi yang cerah di tanggal 2 Agustus 2015 lalu, menjadi semakin indah dengan kehadiran ratusan kerabat saudara, sahabat, tetangga dan sahabat-sahabatnya kedua putra kami. Alhamdulillah, di hari tersebut, kami telah menunaikan kewajiban kami sebagai orangtua untuk mengkhitankan, kedua putra kami, Nadeem (7 thn) dan Hanif (4,5 thn). Meski sesungguhnya prosesi khitannya sudah dilaksanakan pada hari ke-4 lebaran Idul Fitri (20 Juli 2015) dan hari Minggu, 2 Agustus 2015 lalu adalah merupakan acara Syukuran dari proses Khitanan itu yang juga sekaligus digelar sebagai acara Halal Bihalal pasca Hari Raya Idul Fitri 1436 H. Sesaat sebelum acara dimulai, cukup banyak tamu yang menghampiri saya dan menyampaikan maaf karena merasa salah kostum, Hahaha..! Padahal sebetulnya, alasan kami mengenakan setelan beskap bersongket (untuk pria) dan kebaya bersongket, adalah  untuk lebih menghargai dan lebih sopan dalam menyambut tamu-tamu kami yang luar biasa dahsyat :) Jadilah tamu kami kemarin sangat beragam, mulai dari yang bergaya casual, bergaya smart casual, bergaya muslim hingga bergaya resmi. Justru keragaman itu semakin memberikan warna bagi acara kami. ^_^

Penganten Sunat, Nadeem & Hanif masuk ruangan acara diiringi Marawis
Kedua orangtua membacakan Al Quran bagi kedua putranya.
Acara diawali dengan diaraknya kedua Penganten Sunat dengan rombongan Marawis Al Kahfi untuk memasuki aula Function Hall Grand Metropolitan Mall Bekasi. Kedua putra kami tampak kagok untuk jalan secara perlahan, hahaha.. iya lah lah wong aslinya pada petakilan banget..! Acara pun dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al Quran, surat Lukman ayat 12-17, yang dibacakan sendiri oleh Ibunya anak-anak dan diterjemahkan oleh Bapaknya anak-anak. Hal ini karena kami niatkan, agar kedua putra kami bisa meneladani dan mencontoh hal-hal yang baik dari kedua orangtuanya, dan membaca Al Quran adalah sebuah hal yang baik.

Ust. Shidiq Mahmudi memberi tausiah singkat
Memasuki acara berikutnya yang merupakan acara utama, yaitu Tausiah Singkat dari Ust. Shidik
Mahmudi. Dalam ceramah singkatnya yang berdurasi sekitar 15 menit tersebut, Ust. Shidik menyampaikan mengenai hak-hak dan kewajiban dari orangtua kepada anaknya, dan begitupun sebaliknya. Bahwa seorang Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, sehingga bagi mereka yang belum berkeluarga sangat disarankan untuk memilih istri yang solehah dan begitu pun sebaliknya seorang perempuan untuk hendaknya memilih suami yang soleh, yang bisa membimbing, mendidik, menafkahi dan melindungi keluarganya. Menjelang akhir acara, MC pun memandu semua tamu-tamu cilik, sahabatnya Nadeem dan Hanif untuk berkumpul di area tengah depan panggung, untuk acara Saweran. Keseruan dan kelucuan tingkah polah anak-anak pun pecah di acara itu. Penganten Sunat juga terlihat senang bisa berbagi kebahagiaan mereka dengan sahabat-sahabat terdekat mereka di hari tersebut. 

Sekilas mungkin, ada kesan berlebihan dari apa yang kami selenggarakan bagi kedua putra kami. Namun sesungguhnya bagi kami, ketika itu untuk kedua putra kami dan untuk kedua orang tua kami, kami masih merasa amat sangat kurang dalam memberi bagi mereka. Ya.. biarlah itu menjadi rezeki anak-anak kami hari ini, kita ga pernah tau rezeki dan maut di depan nanti. Saya dan suami juga tidak akan menjadi seperti apa kami hari ini, jika bukan karena didikan, pengorbanan, doa restu dan kasih sayang kedua orang tua kami. Kami ingin orangtua kami mengetahui betapa bahagianya kami hari ini dan betapa mereka telah berhasil mendidik anak-anak mereka, dan Insyaa Allah akan terus semakin meningkatkan diri. Demikian pula halnya kami hari ini, kami ingin memberikan hal terbaik bagi anak-anak kami, yang bisa mereka kenang, sehingga kelak saat mereka dewasa dan berkeluarga, mereka pun akan tau betapa sayangnya kami pada mereka dan dengan bangga menyebut orang tua mereka sebagai orang yang berjasa bagi kehidupan mereka kelak dan senantiasa mereka doakan.
Kiri : Kedua orang tua suami saya. Kanan : Ibu saya, foto insert : Alm. Bapak saya.
Nadeem-Hanif saat sungkeman kepada kedua orangtuanya.
Kami atas nama keluarga Setianegara, sekali lagi mengucapkan terima kasih atas kehadiran serta doa dari bapak dan ibu, sekaligus memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dari kami pada pelaksanaan acara Syukuran Khitan & Halal Bihalal 2015. Kebaikan dari kami adalah bentuk tauladan yang kami dapatkan dari kedua orang tua kami, sedangkan keburukan dari kami adalah semata-mata kesalahan dari kami. Serta tak lupa mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H, Taqobbalallahu Minna Wa Minkum, Shiyama Washiyamakum.

Berikut adalah beberapa foto dokumentasinya :
Beberapa tamu cilik sedang menikmati ice cream bersama Nadeem

Hanif akrab dengan teman-temannya Nadeem
Anak-anak ga sabar untuk acara Saweran

Maminya Nadeem-Hanif memandu acara Saweran

Kiri Atas: Briefing teknis lempar saweran. Kiri Bawah;Nadeem-Hanif antusias lempar saweran.
Kanan:Suasana Saweran
Terima Kasih semuanya.. :)


Kamis, 21 Mei 2015

Boys Day Out To Chipmunks Mega Bekasi

Boys Day Out. Nadeem & Friends

Akhirnya Boys Day Out yang ditunggu-tunggu putra saya tiba juga. Ceritanya hari ini, dia bersama beberapa teman-teman dekatnya di kelas akan main bareng di sebuah area playground di mall. Ini adalah pertama kalinya Nadeem, Boys Day Out bersama teman-teman dekatnya, tanpa didampingi orangtua mereka. Berawal dari Nadeem yang mempertanyakan kenapa ulang tahunnya kali ini tidak diramein seperti saat di TK dulu. Saya katakan karena dia sudah besar dan kami orang tuanya ga mau bikin acara-acara seperti itu lagi. Tapi emang dasar anaknya penasaran sih ya.. hehehe.. Akhirnya saya terpikir untuk membuat acara dimana dia boleh mengundang teman-teman yang dia sangat akrab di kelas untuk bermain bersama, hanya mereka, tanpa orangtuanya. Sebetulnya tujuan utamanya adalah, saya ingin Nadeem bisa punya pengalaman berbeda dari yang pernah dia rasakan selama hidupnya.

Nadeem putra saya saat ini sudah berusia 7 tahun. Secara Islam usia itu sudah “wajib” sholat meski masih dalam proses belajar. Dan orangtuanya pun juga dalam membimbingnya diperkenankan memukul kakinya jika si anak tidak mau sholat.  Hal itu lah juga yang mendasari pemikiran saya bahwa usia 7 tahun putra saya ini adalah gerbang awal dari kehidupan mandirinya seorang anak laki-laki. Sejak dulu saya selalu punya pikiran, punya anak laki-laki itu sebentar. Karena ketika mereka udah besar dikit, mereka udah ga mau dicium, dipeluk, disayang-sayang, katanya anak cowo gengsinya lebih tinggi. Dan itu emang saya rasain, anak saya ini kalo diantar ke sekolah, ga mau dicium, malu katanya. Hahahaha.. Tapi kalo dirumah, liat adeknya disayang-sayang, dipeluk dan dicium, dia pasti komentar,”Mami anaknya Cuma 1 ya..?”. Ya itulah anak laki-laki saya, gengsinya udah mulai muncul. Saya yakin juga kalo udah punya temen deket, mereka juga akan banyak acara jalan bareng, dan bakalan sulit diajak ortunya untuk jalan bareng. Kata orang anak sekarang pubernya cepet banget. Kalo itu saya belum melihat tanda-tandanya.

Tetapi saya ingin membuat anak saya Nadeem tetap bisa dekat dengan saya meski tidak dalam sentuhan fisik, tetapi juga secara emosional. Saya ingin anak saya bisa menganggap saya bukan hanya sebagai orangtuanya, tetapi juga bisa dia anggap sebagai temannya, sahabatnya yang bisa dia curhatin berbagai hal seru hingga sedih. Tentu itu ga akan bisa muncul dengan sendirinya, tanpa ada usaha saya untuk menunjukkan posisi saya sebagai orang yang bisa dianggapnya “cool” alias keren hehehe..

Ceritanya hari ini Nadeem bersama beberapa orang temennya main bareng di sebuah Playground yang pas banget untuk menyalurkan energi aktif anak laki-laki. Adiknya, Hanif pun saya ikut sertakan, karena saya juga ingin saat mereka besar nanti, temannya Nadeem adalah temannya Hanif, sebaliknya temannya Hanif adalah temannya Nadeem juga. Ini adalah salah satu cara saya untuk menjaga anak-anak saya. Karena menurut saya dengan saling mengenal lingkungan teman saudaranya, saya berharap bisa mengontrol mereka dengan bertanya ke masing-masing anak-anak saya. Ya tapi ini adalah pemikiran saya saat ini, berdasarkan pengamatan saya. Mungkin saya salah tapi mungkin juga benar.. karena saya belum pernah punya pengalaman menjadi orangtua, dan tidak ada sekolah menjadi orangtua yang baik. Semua saya lakukan hanya mengikuti insting seorang ibu saja.

Satu yang pasti, saya percaya bahwa apa yang bisa kita lakukan hari ini semua berawal dari sebuah kebiasaan. Dan saya ingin membuat berbagai kebiasaan-kebiasaan yang positif bagi anak saya. Salah satunya adalah memulai kegiatan Boys Day Out ini dengan saya dampingi.. sehingga saat nanti dia dan teman-temannya udah bisa janjian sendiri untuk jalan bareng, mereka ga keberatan kalo saya maminya ini, ikut mendampingi mereka dari kejauhan. Mungkin sebenernya saya juga rada-rada kepo kali ya.. kira-kira anak-anak 7 tahunan ini pada bahas apa saat sedang main bareng gini.. Bagaimana bahasa mereka, sopan atau kasar? Bagaimana attitutude mereka saat jauh dari orangtuanya? Karena ini juga penting untuk saya kemudian menentukan cara-cara berkomunikasi dengan anak-anak saya.

Well, sejauh mata memandang, telinga mendengar, Nadeem & Friends bertingkah polah layaknya anak-anak usia 7 tahun yang normal. Saya senang, mereka dalam menyebut dirinya tidak menggunakan kata "lo-gue", karena menurut saya ada masanya mereka akan berbahasa prokem seperti itu. Lalu topik-topik pembicaraan mereka pun masih sangat anak-anak dengan berbagai imajinasi dunia anak. Hal sepele bisa membuat mereka tertawa tergelak-gelak. Tapi, kecil-kecil ternyata mereka punya panggilan khas untuk beberapa temen mereka, diantaranya yang saya inget, "cilok" dan "sasongko", hahaha.. ga tau juga kenapa dipanggil begitu ya. Keingintahuan mereka sangat terlihat jelas ketika semua wahana mainan mereka mainkan, dengan sangat antusias. Berlari, melompat, meluncur, guling-gulingan, hingga dorong-dorongan mereka lakoni bersama dengan suka cita. Bahagia sekali rasanya melihat kebahagiaan anak-anak usia 7 tahunan ini. Kalo ga diiming-imingi makan es krim abis main, kayaknya susah banget meminta anak-anak ini stop bermain. Yah semoga pengalaman hari ini bisa membuat mereka lebih merasakan kedekatan akan pertemanan mereka dan tentunya harapan saya bisa menjadi pengalaman berkesan yang akan mereka kenang selalu. Terima kasih sekali buat para orangtua teman-temannya Nadeem yang udah mau kasih izin bagi putra-putra mereka untuk pergi bersama Nadeem anak saya ^_^

Sesaat sebelum mulai bermain

Main PolMal (Polisi Maling) versi Boom Boom Car.
Main PolMal

Ke area balita meski mereka bukan balita lagi, ck..ck..ck..

Naik Kapal-kapalan

Keisengan anak-anak yang tertangkap kamera foto

Meski main tanpa orangtua, kewajiban tetap dijalankan. Alhamdulillah..

Kiri atas - Tengah : Valen, Cello, Radit, Alif, Nayaka, Bagas, Daffa P, Nadeem.

Gayanya anak-anak, hahahaha..
Sesi Makan Siang, semuanya pada pintar makan sendiri

Masih tetap, gayanya anak-anak.

Acara Makan Es Krim, bujukan biar mau pada udahan mainnya :)
Wefie with Kiddos


Mendidik Anak Untuk Bahagia

Add caption Beberapa hari lalu, tepatnya pas anak-anak didik saya di SFC Kids Futsal latihan, ceritanya saya membagikan piala yg sudah ...