|
Boys Day Out. Nadeem & Friends |
Akhirnya Boys Day Out yang ditunggu-tunggu putra saya tiba juga. Ceritanya hari ini, dia bersama beberapa teman-teman dekatnya di kelas akan main bareng di sebuah area playground di mall. Ini adalah pertama kalinya Nadeem, Boys Day Out bersama teman-teman dekatnya, tanpa didampingi orangtua mereka. Berawal dari Nadeem yang mempertanyakan kenapa ulang tahunnya kali ini tidak diramein seperti saat di TK dulu. Saya katakan karena dia sudah besar dan kami orang tuanya ga mau bikin acara-acara seperti itu lagi. Tapi emang dasar anaknya penasaran sih ya.. hehehe.. Akhirnya saya terpikir untuk membuat acara dimana dia boleh mengundang teman-teman yang dia sangat akrab di kelas untuk bermain bersama, hanya mereka, tanpa orangtuanya. Sebetulnya tujuan utamanya adalah, saya ingin Nadeem bisa punya pengalaman berbeda dari yang pernah dia rasakan selama hidupnya.
Nadeem putra saya saat ini sudah berusia 7 tahun. Secara Islam usia itu sudah “wajib” sholat meski masih dalam proses belajar. Dan orangtuanya pun juga dalam membimbingnya diperkenankan memukul kakinya jika si anak tidak mau sholat. Hal itu lah juga yang mendasari pemikiran saya bahwa usia 7 tahun putra saya ini adalah gerbang awal dari kehidupan mandirinya seorang anak laki-laki. Sejak dulu saya selalu punya pikiran, punya anak laki-laki itu sebentar. Karena ketika mereka udah besar dikit, mereka udah ga mau dicium, dipeluk, disayang-sayang, katanya anak cowo gengsinya lebih tinggi. Dan itu emang saya rasain, anak saya ini kalo diantar ke sekolah, ga mau dicium, malu katanya. Hahahaha.. Tapi kalo dirumah, liat adeknya disayang-sayang, dipeluk dan dicium, dia pasti komentar,”Mami anaknya Cuma 1 ya..?”. Ya itulah anak laki-laki saya, gengsinya udah mulai muncul. Saya yakin juga kalo udah punya temen deket, mereka juga akan banyak acara jalan bareng, dan bakalan sulit diajak ortunya untuk jalan bareng. Kata orang anak sekarang pubernya cepet banget. Kalo itu saya belum melihat tanda-tandanya.
Tetapi saya ingin membuat anak saya Nadeem tetap bisa dekat dengan saya meski tidak dalam sentuhan fisik, tetapi juga secara emosional. Saya ingin anak saya bisa menganggap saya bukan hanya sebagai orangtuanya, tetapi juga bisa dia anggap sebagai temannya, sahabatnya yang bisa dia curhatin berbagai hal seru hingga sedih. Tentu itu ga akan bisa muncul dengan sendirinya, tanpa ada usaha saya untuk menunjukkan posisi saya sebagai orang yang bisa dianggapnya “cool” alias keren hehehe..
Ceritanya hari ini Nadeem bersama beberapa orang temennya main bareng di sebuah Playground yang pas banget untuk menyalurkan energi aktif anak laki-laki. Adiknya, Hanif pun saya ikut sertakan, karena saya juga ingin saat mereka besar nanti, temannya Nadeem adalah temannya Hanif, sebaliknya temannya Hanif adalah temannya Nadeem juga. Ini adalah salah satu cara saya untuk menjaga anak-anak saya. Karena menurut saya dengan saling mengenal lingkungan teman saudaranya, saya berharap bisa mengontrol mereka dengan bertanya ke masing-masing anak-anak saya. Ya tapi ini adalah pemikiran saya saat ini, berdasarkan pengamatan saya. Mungkin saya salah tapi mungkin juga benar.. karena saya belum pernah punya pengalaman menjadi orangtua, dan tidak ada sekolah menjadi orangtua yang baik. Semua saya lakukan hanya mengikuti insting seorang ibu saja.
Satu yang pasti, saya percaya bahwa apa yang bisa kita lakukan hari ini semua berawal dari sebuah kebiasaan. Dan saya ingin membuat berbagai kebiasaan-kebiasaan yang positif bagi anak saya. Salah satunya adalah memulai kegiatan Boys Day Out ini dengan saya dampingi.. sehingga saat nanti dia dan teman-temannya udah bisa janjian sendiri untuk jalan bareng, mereka ga keberatan kalo saya maminya ini, ikut mendampingi mereka dari kejauhan. Mungkin sebenernya saya juga rada-rada kepo kali ya.. kira-kira anak-anak 7 tahunan ini pada bahas apa saat sedang main bareng gini.. Bagaimana bahasa mereka, sopan atau kasar? Bagaimana attitutude mereka saat jauh dari orangtuanya? Karena ini juga penting untuk saya kemudian menentukan cara-cara berkomunikasi dengan anak-anak saya.
Well, sejauh mata memandang, telinga mendengar, Nadeem & Friends bertingkah polah layaknya anak-anak usia 7 tahun yang normal. Saya senang, mereka dalam menyebut dirinya tidak menggunakan kata "lo-gue", karena menurut saya ada masanya mereka akan berbahasa prokem seperti itu. Lalu topik-topik pembicaraan mereka pun masih sangat anak-anak dengan berbagai imajinasi dunia anak. Hal sepele bisa membuat mereka tertawa tergelak-gelak. Tapi, kecil-kecil ternyata mereka punya panggilan khas untuk beberapa temen mereka, diantaranya yang saya inget, "cilok" dan "sasongko", hahaha.. ga tau juga kenapa dipanggil begitu ya. Keingintahuan mereka sangat terlihat jelas ketika semua wahana mainan mereka mainkan, dengan sangat antusias. Berlari, melompat, meluncur, guling-gulingan, hingga dorong-dorongan mereka lakoni bersama dengan suka cita. Bahagia sekali rasanya melihat kebahagiaan anak-anak usia 7 tahunan ini. Kalo ga diiming-imingi makan es krim abis main, kayaknya susah banget meminta anak-anak ini stop bermain. Yah semoga pengalaman hari ini bisa membuat mereka lebih merasakan kedekatan akan pertemanan mereka dan tentunya harapan saya bisa menjadi pengalaman berkesan yang akan mereka kenang selalu. Terima kasih sekali buat para orangtua teman-temannya Nadeem yang udah mau kasih izin bagi putra-putra mereka untuk pergi bersama Nadeem anak saya ^_^
|
Sesaat sebelum mulai bermain |
|
Main PolMal (Polisi Maling) versi Boom Boom Car. |
|
Main PolMal |
|
Ke area balita meski mereka bukan balita lagi, ck..ck..ck.. |
|
Naik Kapal-kapalan |
|
Keisengan anak-anak yang tertangkap kamera foto |
|
Meski main tanpa orangtua, kewajiban tetap dijalankan. Alhamdulillah.. |
|
Kiri atas - Tengah : Valen, Cello, Radit, Alif, Nayaka, Bagas, Daffa P, Nadeem. |
|
Gayanya anak-anak, hahahaha.. |
|
Sesi Makan Siang, semuanya pada pintar makan sendiri |
|
Masih tetap, gayanya anak-anak. |
|
Acara Makan Es Krim, bujukan biar mau pada udahan mainnya :) |
|
Wefie with Kiddos |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar