Berdasarkan diagnosa dokter, Papa saya meninggal akibat serangan jantung di tahun 2003. Papa saya meninggal secara mendadak, hanya selang 15 menit setelah beliau minta diambilkan sepiring makanan. Padahal Alm. Papa tidak pernah punya sakit jantung. Saat itu kondisinya adik-adik saya waktu itu 1 masih kuliah, 1 baru lulus SMA dan yang 1 baru lulus SMP. Mama saya hanya seorang ibu rumah tangga, murni hanya mengurusi rumah tangga. Alhamdulillah, mama saya adalah seorang yang sangat disiplin menabung khususnya menyisihkan biaya pendidikan kami anak-anaknya, serta tabungan pensiun mereka. Hal yang ga diduga pula, ternyata 1 bulan sebelum meninggal, ternyata Alm. Papa saya beli polis asuransi, dengan langsung membayar premi untuk 1 tahun. Dan itu tanpa sepengetahuan mama saya.Ga tau kenapa bapak saya memilih untuk tidak bilang ke ibu saya, mungkin kalo bilang bakalan ga diijinin beli polis asuransi kayaknya.. hehehehe.. Singkatnya, mama saya sebagai istri almarhum mendapatkan uang santunan meninggal dari asuransi tersebut. Lumayan lah untuk nambah-nambah kata mama saya waktu itu.
Foto Alm. Papa saya, Bpk. H. Adrizal Agus |
Di
saat saya sekarang sudah berumah tangga dan memiliki anak, saya pun
berkaca sambil mengevaluasi berbagai kondisi yang ada. Saya berandai-andai, jika yang terjadi pada Mama saya terjadi pada kami dan pada kondisi anak-anak masih kecil-kecil, dimana masih
panjang perjalanan kami untuk bisa terus membiayai anak-anak.. apakah
kami sanggup? Saya yakin, pasti bisa! Dengan catatan kondisi meninggalnya
sama dengan Alm. Papa saya, langsung meninggal. Bukan yang harus
menderita sakit kritis bertahun-tahun dulu. Na'udzubillahimin dzalik..
Lindungi kami Ya Allah.
Di sisi lain, saya melihat kondisi Mama saat ini sudah mulai masuk ke
titik dimana Mama harus lebih mengencangkan ikat pinggang. Karena
memang segala peninggalan Alm. Papa asetnya satu persatu mulai
terjual demi memenuhi kebutuhan hari-harinya. Masih bersyukur, Mama sampai hari ini kondisinya sehat. Bagaimana jika sakit keras? Tentunya
akan semakin menguras harta yang ada, dan hingga bisa mengalami
kebangkrutan di saat sakit kritisnya pun belum sembuh dan butuh biaya
lebih banyak lagi. Apakah saya anaknya mampu menopang biayanya..? Untuk
kondisi sekarang, jujur saya bilang tidak! Lalu apakah saya tega
membiarkan Mama yang sudah memasuki usia 56 tahun, apabila dia terkena
sakit kritis dan butuh biaya besar? Tentu tidak! Tapi bagaimana saya bisa membantu mama dan diri saya sendiri dalam melindungi ibu saya? Saya mencoba mengikuti langkah yang diambil oleh Almarhum Papa saya, yaitu dengan membeli polis asuransi lah saya berusaha melindungi mama saya, suami dan anak-anak saya.
Yah..Semua
manusia pasti akan meninggal, hanya cara meninggalnya yang
berbeda-beda. Jika harus dilalui dengan sakit kritis dulu selama
bertahun-tahun tentunya akan sangat menguras biaya. Lalu jika yang
meninggal adalah pencari nafkah tunggal, bagaimana dengan anak-anak yang
ditinggalkan? Mereka berhak mendapatkan penghidupan yang layak, dosa
bagi orangtua yang tidak mempersiapkan "perlindungan" bagi anak-anaknya. Semoga apa yang jadi pengalaman keluarga saya ini bisa menginspirasi orang lain.
dedicated to my parents. @2013
dedicated to my parents. @2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar