Hari-hari belakangan ini adalah hari yang menegangkan buat
Mami. Kenapa? Karena surat keputusan dari SD Islam favorit yang sedang kita
tuju, menyatakan kamu sebagai siswa Cadangan. Yah, keputusan itu keluar karena
saking banyaknya peminat yaitu sekitar 150an anak yang ingin masuk sekolah ini, sementara kuota kelasnya
hanya 96 kursi. Kalau di flashback ke belakang saat awal Februari 2014 kamu
ikut tes saringan masuknya, kamu menjawab bahwa kamu bisa. Meski lalu malam
harinya, tiba-tiba kamu cerita karena baru inget,”Eh Mi, kayaknya nadeem ada yang
salah deh, harusnya dikurangin, Nadeem malah nambahin..”. Mami waktu itu cuma senyum, dan
komentar,”Nah kan, itu pasti karena kamu ga konsentrasi dan ga focus sih.. Tapi
ga papa lah yang penting kan udah usaha”. Sebetulnya yang bikin mami
bangga sama kamu, bukan karena kamu bisa kerjain soalnya.. tapi karena kamu
menyadari kesalahanmu dan mau mengakuinya. Ga banyak orang yang bisa melakukan
itu nak.. dan kamu baru saja melakukannya.
Mungkin ini adalah salahnya mami, yang ga daftarkan kamu les
calistung seperti halnya anak-anak seusiamu. Meski sempat les, lalu karena kamu
bosan mami pun ga paksakan kamu untuk lanjutkan. Hal itu karena mami
mendapatkan banyak referensi dari Ayah Edy Parenting Komunitas yang menyebutkan
bahwa anak-anak usia dini, tidak diwajibkan bisa calistung. Anak seusia kamu
seharusnya tidak dibebankan dengan pelajaran calistung, tetapi justru banyak
bermain. Apalagi dengan karakter kamu yang merupakan anak kinestetik. Hal itu
pula yang membuat mami dulu ga mau mendaftarkan kamu ke SD Islam yang sekarang
kasih kamu status Cadangan ini.
Ini karena “keisengan” mami yang datang ke sekolah itu untuk
tanya-tanya, jawaban salah satu gurunya seolah menyadarkan mami bahwa sekolah
ini yang bisa jadi partner kita sebagai orangtua dan anak untuk menuju keluarga
sukses dan bahagia. Kira-kira begini jawaban gurunya,”Yah anak-anak seperti anak ibu
cukup banyak di sini, tetapi itulah tugas kami bu.. mengarahkan anak-anak yang
tidak bisa menjadi biasa, lalu dari
biasa menjadi bisa..”. Subhanallah.. jawabannya seperti memberikan
motivasi bagi mami saat itu nak. Makanya mami daftarkan kamu ke sekolah itu.
Banyak referensi parenting yang mami baca dan dengar, tetapi
menurut mami pada akhirnya juga harus disesuaikan dengan kebutuhan keluarga itu
sendiri dan pastinya tujuan akhirnya. Setiap orangtua punya cara dan tujuan
masing-masing dalam mendidik dan mengarahkan anak-anaknya. Buat kami nak.. kami
ingin suatu saat nanti, kalian akan menjadi anak-anak yang mendoakan kami
dengan ikhlas dan tulus, memohonkan ampunan kepada Allah atas segala dosa dan
khilaf kami. Kami ingin kalian jadi anak-anak yang nanti akan dengan bangganya menceritakan
ke orang lain, bahwa kalo dulu tidak dididik seperti yang diajarkan orangtua
kalian, kalian tidak akan menjadi orang sukses. Percayalah nak.. nilai sekolah
yang besar, nama sekolah terfavorit, bukan menjadi modal utama untuk jadi sukses
di masyarakat. Kami ingin kalian menjadi pribadi yang berahlak, pekerja keras
dan tulus dengan attitude yang juga baik.
Waktu kamu bisa baca, mami senang. Tetapi sesungguhnya mami
jauh lebih senang bahkan bangga, ketika suatu waktu kita jalan-jalan ke mall,
tiba-tiba kamu berhenti dan bilang ke mami bahwa itu panggung mini-nya punya
mall posisinya renggang, itu akan membahayakan orang yang melintas. Mami bilang
biarin aja, sambil terus berjalan. Sementara, kamu tanpa disuruh berbalik ke arah
panggung mini, dengan tangan kecilmu, kamu dorong panggungnya hingga rapat
kembali. Lalu setelah selesai, kamu berlari mengejar mami yang sudah jauh
berjalan didepanmu. Well, ga banyak orang yang mau peduli untuk suatu hal yang
ga berhubungan langsung dengan dia. Sementara kamu, peduli dan ga butuh waktu
lama untuk melakukan hal yang baik. Nak, kamu pun sudah mengajari mami 1 hal
hari itu. Bukan hal yang mudah untuk mengajarkan anak untuk peduli, tetapi menjadi
hal yang mudah bagi orangtua untuk memberikan contoh teladan yang baik ke anak.
Karena anak akan mencontohnya dengan baik pula.
Mami berharap suatu hari nanti kamu bisa membaca tulisan
mami ini, bukan sekedar bisa membacanya, tetapi sekaligus memaknai lebih dalam
lagi, apa yang menjadi keinginan mami sebagai orangtuamu nak.. harapan kami
sebagai orangtuamu nak.. Apapun yang menjadi keputusan sekolah itu nak.. Mami
tetap bangga sama kamu. Tidak semua yang kita inginkan dalam hidup ini adalah
sesuatu yang kita butuhkan. Allah tau apa yang terbaik untuk kita.. dan apa
yang terjadi nanti, buat mami pastilah
itu yang terbaik untuk kita, dan pasti ada hikmah dimana mungkin ada sekolah
lain yang lebih baik untuk kamu.. Kita sudah menjadi teamwork yang juga sudah memberikan
yang terbaik yang bisa kita lakukan. Tugas kita hanya berusaha dan berdoa,
selebihnya biarkan Allah yang menentukan.. I love you, son..
March 2014. Dedicated
to my son, Jamael Nadeem Omero Setianegara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar