Sabtu, 01 Maret 2014

Surat Untuk Anakku




Hari-hari belakangan ini adalah hari yang menegangkan buat Mami. Kenapa? Karena surat keputusan dari SD Islam favorit yang sedang kita tuju, menyatakan kamu sebagai siswa Cadangan. Yah, keputusan itu keluar karena saking banyaknya peminat yaitu sekitar 150an anak yang ingin masuk sekolah ini, sementara kuota kelasnya hanya 96 kursi. Kalau di flashback ke belakang saat awal Februari 2014 kamu ikut tes saringan masuknya, kamu menjawab bahwa kamu bisa. Meski lalu malam harinya, tiba-tiba kamu cerita karena baru inget,”Eh Mi, kayaknya nadeem ada yang salah deh, harusnya dikurangin, Nadeem malah nambahin..”. Mami waktu itu cuma senyum, dan komentar,”Nah kan, itu pasti karena kamu ga konsentrasi dan ga focus sih.. Tapi ga papa lah yang penting kan udah usaha”. Sebetulnya yang bikin mami bangga sama kamu, bukan karena kamu bisa kerjain soalnya.. tapi karena kamu menyadari kesalahanmu dan mau mengakuinya. Ga banyak orang yang bisa melakukan itu nak.. dan kamu baru saja melakukannya. 

Mungkin ini adalah salahnya mami, yang ga daftarkan kamu les calistung seperti halnya anak-anak seusiamu. Meski sempat les, lalu karena kamu bosan mami pun ga paksakan kamu untuk lanjutkan. Hal itu karena mami mendapatkan banyak referensi dari Ayah Edy Parenting Komunitas yang menyebutkan bahwa anak-anak usia dini, tidak diwajibkan bisa calistung. Anak seusia kamu seharusnya tidak dibebankan dengan pelajaran calistung, tetapi justru banyak bermain. Apalagi dengan karakter kamu yang merupakan anak kinestetik. Hal itu pula yang membuat mami dulu ga mau mendaftarkan kamu ke SD Islam yang sekarang kasih kamu status Cadangan ini. 
Ini karena “keisengan” mami yang datang ke sekolah itu untuk tanya-tanya, jawaban salah satu gurunya seolah menyadarkan mami bahwa sekolah ini yang bisa jadi partner kita sebagai orangtua dan anak untuk menuju keluarga sukses dan bahagia. Kira-kira begini jawaban gurunya,”Yah anak-anak seperti anak ibu cukup banyak di sini, tetapi itulah tugas kami bu.. mengarahkan anak-anak yang tidak  bisa menjadi biasa, lalu dari biasa menjadi bisa..”. Subhanallah.. jawabannya seperti memberikan motivasi bagi mami saat itu nak. Makanya mami daftarkan kamu ke sekolah itu.

Banyak referensi parenting yang mami baca dan dengar, tetapi menurut mami pada akhirnya juga harus disesuaikan dengan kebutuhan keluarga itu sendiri dan pastinya tujuan akhirnya. Setiap orangtua punya cara dan tujuan masing-masing dalam mendidik dan mengarahkan anak-anaknya. Buat kami nak.. kami ingin suatu saat nanti, kalian akan menjadi anak-anak yang mendoakan kami dengan ikhlas dan tulus, memohonkan ampunan kepada Allah atas segala dosa dan khilaf kami. Kami ingin kalian jadi anak-anak yang nanti akan dengan bangganya menceritakan ke orang lain, bahwa kalo dulu tidak dididik seperti yang diajarkan orangtua kalian, kalian tidak akan menjadi orang sukses. Percayalah nak.. nilai sekolah yang besar, nama sekolah terfavorit, bukan menjadi modal utama untuk jadi sukses di masyarakat. Kami ingin kalian menjadi pribadi yang berahlak, pekerja keras dan tulus dengan attitude yang juga baik.

Waktu kamu bisa baca, mami senang. Tetapi sesungguhnya mami jauh lebih senang bahkan bangga, ketika suatu waktu kita jalan-jalan ke mall, tiba-tiba kamu berhenti dan bilang ke mami bahwa itu panggung mini-nya punya mall posisinya renggang, itu akan membahayakan orang yang melintas. Mami bilang biarin aja, sambil terus berjalan. Sementara, kamu tanpa disuruh berbalik ke arah panggung mini, dengan tangan kecilmu, kamu dorong panggungnya hingga rapat kembali. Lalu setelah selesai, kamu berlari mengejar mami yang sudah jauh berjalan didepanmu. Well, ga banyak orang yang mau peduli untuk suatu hal yang ga berhubungan langsung dengan dia. Sementara kamu, peduli dan ga butuh waktu lama untuk melakukan hal yang baik. Nak, kamu pun sudah mengajari mami 1 hal hari itu. Bukan hal yang mudah untuk mengajarkan anak untuk peduli, tetapi menjadi hal yang mudah bagi orangtua untuk memberikan contoh teladan yang baik ke anak. Karena anak akan mencontohnya dengan baik pula.  

Mami berharap suatu hari nanti kamu bisa membaca tulisan mami ini, bukan sekedar bisa membacanya, tetapi sekaligus memaknai lebih dalam lagi, apa yang menjadi keinginan mami sebagai orangtuamu nak.. harapan kami sebagai orangtuamu nak.. Apapun yang menjadi keputusan sekolah itu nak.. Mami tetap bangga sama kamu. Tidak semua yang kita inginkan dalam hidup ini adalah sesuatu yang kita butuhkan. Allah tau apa yang terbaik untuk kita.. dan apa yang terjadi  nanti, buat mami pastilah itu yang terbaik untuk kita, dan pasti ada hikmah dimana mungkin ada sekolah lain yang lebih baik untuk kamu.. Kita sudah menjadi teamwork yang juga sudah memberikan yang terbaik yang bisa kita lakukan. Tugas kita hanya berusaha dan berdoa, selebihnya biarkan Allah yang menentukan.. I love you, son..

March 2014. Dedicated to my son, Jamael Nadeem Omero Setianegara.





Tidak ada komentar:

Mendidik Anak Untuk Bahagia

Add caption Beberapa hari lalu, tepatnya pas anak-anak didik saya di SFC Kids Futsal latihan, ceritanya saya membagikan piala yg sudah ...