Sabtu, 13 September 2008 lalu adalah hari sial sekaligus memberikan berkah buat saya dan suami. Gimana enggak berkah itu hari, hari tersebut adalah hari dimana saya akhirnya BERHASIL mendapatkan Sim A dan C saya, setelah melalui perjuangan panjang. Pastinya paaaaanjang... dan laaaamaa...( kalo mengutip sebuha iklan cokelat jaman dulu), karena membutuhkan waktu selama 2 bulanan untuk bisa dapat sim-sim tersebut.
Sejak awal ikut tes teori sim, saya yakin saya lulus. Ternyata diluar dugaan, saya tidak lulus. Saya sampai cek ke bagian Arsip Teorinya untuk lihat kunci jawaban, dan memang benar saya ga lulus. Untuk lulus harus bisa jawab minimal 18 soal dari total 30 soal. Hingga 4 x tes saya gagal, padahal dengan soal yang kurang lebih sama, itu-itu saja. Saya menaruh kecurigaan hingga mau cek kunci jawaban sekaligus melihat soalnya, secara acak saja. Karena niatnya hanya cross check aja. Ternyata menurut mereka itu tidak bisa, karena saya ngotot untuk tau akhirnya mereka bilang tunggu aja 2 jam lagi, nanti atasan mereka yang akan jelaskan. Saya pun menunggu persis di depan pintu ruangan mereka. Mungkin mereka gerah kali ya.. Akhirnya baru setengah jam berjalan, saya disuruh tes ulang tapi kali ini dengan menggunakan komputer. Padahal yang sudah-sudah saya harus mengulang 2 minggu kemudian.
Benar dugaan saya ada manipulasi. Ternyata dengan menggunakan komputer, tes saya baik Sim A maupun C semuanya lulus. Tidak ada penjelasan sama sekali dari mereka. Sekedar info, sejak awal saya dan suami berniat mengikuti ujian ambil sim ini dengan cara sesuai prosedur yang terdapat dalam buku panduan yang mereka sebar sejak pertama masuk Samsat itu. Dan sejak awal itu pula saya seringkali ditawari untuk "dibantu" pembuatan sim-nya. "1 sim 300 ribu..." begitu kata salah seorang petugas loket yang mengumumkan nama-nama yang tidak lulus ujian tes teori.
Setelah lulus teori, saya langsung tes praktek dan kembali gagal untuk alasan-alasan yang menurut saya sangat relatif. Karena jika saya tidak lulus, bagaimana halnya dengan mereka yang membuat sim secara kolektif? kenapa semua bisa lulus, meski tanpa ikut tes prakteknya?? "Yang bikin sim kolektif itu kan dari sekolah mengemudi... " tapi mereka pun harus di tes dengan tes praktek yang berlaku di samsat itu juga dong.. lha wong yang sekolah mengemudi itu malah banyak yang ga bisa parkir.
Akhirnya karena ketidakpuasan yang sudah terakumulasikan dengan sangat baiknya, saya pun melayangkan surat pembaca di Media Indonesia yang dimuat pada tgl 5 September 2008.
Berkat surat itu, saya "Berhasil" mendapatkan Sim saya.. meski sempat dimaki-maki sama salah seorang petingginya, tapi justru berbanding terbalik dengan perlakuan anak buahnya di lapangan. Saya dan suami dilayani dengan sangat baik, bahkan saking baiknya antrian yang seharusnya kami ikuti diabaikan si petugas. Saya dan suami sudah sampaikan keberatan kami dengan perlakuan istimewa mereka, yang melebihi perlakuan terhadap mereka yang "nembak" sim-nya. Tapi jawaban si petugas,"Ah.. ga apa-apa.. biar ga capek"
Saat dimarahi si petinggi itu, saya tidak merasa takut sedikit pun bahkan semakin jelas buat saya semua yang menjadi kekecewaan saya dan akhirnya harap maklum aja deeehhh.. Tapi ya terima kasih juga kepada si petinggi itu, karena atas instruksinya jugalah saya bisa mendapatkan Sim saya. Terima kasih pak... ?! (aduuhh..saya ga tau nama si petinggi itu, karena beberapa kali ditanya namanya, tidak pernah menjawab, cuma bilang bagian keamanan di institusi tersebut. Ehmm.. takut saya tulis lagi kali yaa?? )
Selasa, 16 September 2008
Rabu, 03 September 2008
CMO Mal Kelapa Gading Pindah :)
Selasa, 02 September 2008
Susahnya Kalau Bayi Udah Bisa Ngambek
"Huaaahhh..!" seperti menguap seperti akan semakin sering aku lakukan. Gimana enggak, sejak hari pertama puasa, anakku Jamael Nadeem Omero Setianegara (4 bulan) juga ikut-ikutan "sahur" dan ga tidur lagi sampe matahari terbit. Alhasil maminya ini menjadi semakin kurang jam tidurnya.
Sebelum memasuki Ramadhan, jadwal nyusu Nadeem biasanya adalah jam 23.00, jam 1.00 dan jam 3.30 sampe akhirnya bangun pagi sebelum aku berangkat ke kantor aku susuin dulu dia. Nah sejak pertama sahur, anak semata wayangku ini juga ikut bangun pas sahurnya. Tapi celakanya, begitu kita sudah sahur dan sholat subuh, pengennya kan tidur lagi tuh.. nah dia ga mau tidur. Maunya tetap diajak main. Karena aku ngantuk berat, akhirnya aku biarin aja dia main sendiri. Karena biasanya dia juga akan tidur sendiri nantinya.
Ee..sekarang kayaknya dia udah ngerti kali ya. Trik itu udah ga berlaku buat dia, soalnya sekarang kalau aku pake trik itu, yang ada dia malah makin ngambek jadi nangis, tapi sedikit-sedikit gitu,"Ngee..nge'..!" Dan bener-bener ga berenti sampe aku bangun dan ngajak dia ngobrol. Diajak ngobrol pun, dia masih ngak-ngek-ngok, karena dia maunya digendong dong..?!
You know what.. ngegendong dalam kondisi kita ngantuk kan aduh biyung aja deh nek..! Akhirnya mengalahlah si maminya ini. Memaksakan diri untuk segar dan menggendongnya untuk bermain-main. Baru si Nadeem cakep itu mau diam dan sedikit cengangas cengenges.. Ooohh.. indahnya punya bayi!
Senin, 01 September 2008
Polisi Cepek dan Sinetron Para Pencari Tuhan
Astaghfirullah... kalimat itu yang terbersit dalam hati saya, saat hendak turun dari mobil untuk membuka pagar rumah saya. Bagaimana tidak, diatas kap bagasi mobil saya, terdapat 4 logam uang Rp 50. Seingat saya, saat melintasi sebuah pertigaan di dekat kompleks rumah saya, saya memberikan uang tersebut kepada seorang polisi cepek yang sedang “bertugas”.
Karena kejadian itu, saya sempat tanya ke teman saya, apakah uang Rp 50 itu sudah ga laku lagi? Menurut dia di beberapa tempat sudah tidak laku, sopir angkot pun ga mau nerima uang 50 perak itu. Tapi apapun itu, saya ga pernah berniat sedikit pun untuk mencemooh si polisi cepek itu dengan memberikan uang 50 perak sebanyak 4 buah itu (totalnya Rp 200). Tapi ternyata, tanpa sepengetahuan saya, uang itu setelah dia terima dia letakkan kembali ke atas bagasi mobil saya, yang ternyata tidak jatuh hingga saya tiba di rumah. Ckk..ck.. apakah ini bisa dinamakan dia menolak rezeki? Hebat ya manusia jaman sekarang, udah miskin..sombong lagi..! Ya Allah.. mohon hamba-Mu ini senantiasa diingatkan agar tidak berlaku sombong seperti si polisi cepek itu.
Daripada bete mikirin tingkah si polisi cepek. Saya nonton TV, tepat saat itu sedang diputar sinetron Para Pencari Tuhan 2. Wah.. ini sinetron favorit saya pada Ramadhan tahun lalu. Tanpa pikir-pikir saya terus manteng tuh sinetron sampai selesai, karena kebetulan saya juga lagi “libur” sholatnya . Hampir di setiap scene yang ditampilkan, saya senantiasa tergelak dengan dialog dan ekspresi para pemain sinetron itu. Sungguh sebuah karya yang indah dan penuh syiar. Sinteron religi yang dikemas secara komedi ini, betul-betul mengalir dialognya dan terkesan apa adanya. Banyak sekali pesan moral yang muncul dalam setiap dialognya. Meski baru episode awal, saya yakin sinetron ini banyak peminatnya.
Karena kejadian itu, saya sempat tanya ke teman saya, apakah uang Rp 50 itu sudah ga laku lagi? Menurut dia di beberapa tempat sudah tidak laku, sopir angkot pun ga mau nerima uang 50 perak itu. Tapi apapun itu, saya ga pernah berniat sedikit pun untuk mencemooh si polisi cepek itu dengan memberikan uang 50 perak sebanyak 4 buah itu (totalnya Rp 200). Tapi ternyata, tanpa sepengetahuan saya, uang itu setelah dia terima dia letakkan kembali ke atas bagasi mobil saya, yang ternyata tidak jatuh hingga saya tiba di rumah. Ckk..ck.. apakah ini bisa dinamakan dia menolak rezeki? Hebat ya manusia jaman sekarang, udah miskin..sombong lagi..! Ya Allah.. mohon hamba-Mu ini senantiasa diingatkan agar tidak berlaku sombong seperti si polisi cepek itu.
Daripada bete mikirin tingkah si polisi cepek. Saya nonton TV, tepat saat itu sedang diputar sinetron Para Pencari Tuhan 2. Wah.. ini sinetron favorit saya pada Ramadhan tahun lalu. Tanpa pikir-pikir saya terus manteng tuh sinetron sampai selesai, karena kebetulan saya juga lagi “libur” sholatnya . Hampir di setiap scene yang ditampilkan, saya senantiasa tergelak dengan dialog dan ekspresi para pemain sinetron itu. Sungguh sebuah karya yang indah dan penuh syiar. Sinteron religi yang dikemas secara komedi ini, betul-betul mengalir dialognya dan terkesan apa adanya. Banyak sekali pesan moral yang muncul dalam setiap dialognya. Meski baru episode awal, saya yakin sinetron ini banyak peminatnya.
Jika dihubungkan sama si polisi cepek tadi.. semoga dia juga termasuk yang menonton sinetron Para Pencari Tuhan ini ya...
Langganan:
Postingan (Atom)
Mendidik Anak Untuk Bahagia
Add caption Beberapa hari lalu, tepatnya pas anak-anak didik saya di SFC Kids Futsal latihan, ceritanya saya membagikan piala yg sudah ...
-
Saat berhaji bersama tahun 2000 Nama lengkapnya Hj. Suhefni Amir, istri dari bapak Alm. H. Adrizal Agus. Mereka menikah pada bulan Ju...
-
Punya masalah rumah lampu besar mobil Anda yang berbahan mika tampilannya buram, sehingga mempengaruhi kualitas lampu saat jalan di malam ...
-
Akhirnya pake sedan lagi.. meski sekarang sedan hatchback. Jadi ceritanya sekarang saya pakai mobil Etios Valco keluaran Toyota yang diprod...