Selasa, 16 September 2008

Dimarahin Polisi

Sabtu, 13 September 2008 lalu adalah hari sial sekaligus memberikan berkah buat saya dan suami. Gimana enggak berkah itu hari, hari tersebut adalah hari dimana saya akhirnya BERHASIL mendapatkan Sim A dan C saya, setelah melalui perjuangan panjang. Pastinya paaaaanjang... dan laaaamaa...( kalo mengutip sebuha iklan cokelat jaman dulu), karena membutuhkan waktu selama 2 bulanan untuk bisa dapat sim-sim tersebut.

Sejak awal ikut tes teori sim, saya yakin saya lulus. Ternyata diluar dugaan, saya tidak lulus. Saya sampai cek ke bagian Arsip Teorinya untuk lihat kunci jawaban, dan memang benar saya ga lulus. Untuk lulus harus bisa jawab minimal 18 soal dari total 30 soal. Hingga 4 x tes saya gagal, padahal dengan soal yang kurang lebih sama, itu-itu saja. Saya menaruh kecurigaan hingga mau cek kunci jawaban sekaligus melihat soalnya, secara acak saja. Karena niatnya hanya cross check aja. Ternyata menurut mereka itu tidak bisa, karena saya ngotot untuk tau akhirnya mereka bilang tunggu aja 2 jam lagi, nanti atasan mereka yang akan jelaskan. Saya pun menunggu persis di depan pintu ruangan mereka. Mungkin mereka gerah kali ya.. Akhirnya baru setengah jam berjalan, saya disuruh tes ulang tapi kali ini dengan menggunakan komputer. Padahal yang sudah-sudah saya harus mengulang 2 minggu kemudian.

Benar dugaan saya ada manipulasi. Ternyata dengan menggunakan komputer, tes saya baik Sim A maupun C semuanya lulus. Tidak ada penjelasan sama sekali dari mereka. Sekedar info, sejak awal saya dan suami berniat mengikuti ujian ambil sim ini dengan cara sesuai prosedur yang terdapat dalam buku panduan yang mereka sebar sejak pertama masuk Samsat itu. Dan sejak awal itu pula saya seringkali ditawari untuk "dibantu" pembuatan sim-nya. "1 sim 300 ribu..." begitu kata salah seorang petugas loket yang mengumumkan nama-nama yang tidak lulus ujian tes teori.

Setelah lulus teori, saya langsung tes praktek dan kembali gagal untuk alasan-alasan yang menurut saya sangat relatif. Karena jika saya tidak lulus, bagaimana halnya dengan mereka yang membuat sim secara kolektif? kenapa semua bisa lulus, meski tanpa ikut tes prakteknya?? "Yang bikin sim kolektif itu kan dari sekolah mengemudi... " tapi mereka pun harus di tes dengan tes praktek yang berlaku di samsat itu juga dong.. lha wong yang sekolah mengemudi itu malah banyak yang ga bisa parkir.

Akhirnya karena ketidakpuasan yang sudah terakumulasikan dengan sangat baiknya, saya pun melayangkan surat pembaca di Media Indonesia yang dimuat pada tgl 5 September 2008.

Berkat surat itu, saya "Berhasil" mendapatkan Sim saya.. meski sempat dimaki-maki sama salah seorang petingginya, tapi justru berbanding terbalik dengan perlakuan anak buahnya di lapangan. Saya dan suami dilayani dengan sangat baik, bahkan saking baiknya antrian yang seharusnya kami ikuti diabaikan si petugas. Saya dan suami sudah sampaikan keberatan kami dengan perlakuan istimewa mereka, yang melebihi perlakuan terhadap mereka yang "nembak" sim-nya. Tapi jawaban si petugas,"Ah.. ga apa-apa.. biar ga capek"

Saat dimarahi si petinggi itu, saya tidak merasa takut sedikit pun bahkan semakin jelas buat saya semua yang menjadi kekecewaan saya dan akhirnya harap maklum aja deeehhh.. Tapi ya terima kasih juga kepada si petinggi itu, karena atas instruksinya jugalah saya bisa mendapatkan Sim saya. Terima kasih pak... ?! (aduuhh..saya ga tau nama si petinggi itu, karena beberapa kali ditanya namanya, tidak pernah menjawab, cuma bilang bagian keamanan di institusi tersebut. Ehmm.. takut saya tulis lagi kali yaa?? )

Tidak ada komentar:

Mendidik Anak Untuk Bahagia

Add caption Beberapa hari lalu, tepatnya pas anak-anak didik saya di SFC Kids Futsal latihan, ceritanya saya membagikan piala yg sudah ...