Sabtu, 29 September 2012

Pola Asuh Anak ala Eastern vs Western?

Membaca berita tentang tawuran pelajar yang sampe menghilangkan nyawa anak sekolah bikin bergidik deh.. apalagi ternyata yang tewas itu adalah korban acak alias bukan target tetapi bernasib apes karena sedang berada di sekitar lokasi tawuran. Masya Allah.. jadi ngebayangin kalo anak-anak saya yang laki-laki 2 biji eh 2 orang ini kalo udah pada gede-gede :(

Tapi membahas soal itu, saya jadi inget dengan e-article yang dulu pernah saya baca (sayang link-nya dulu ga sempat di-copy). Kira-kira begini isi artikelnya, yaitu menyebutkan bahwa  pola asuh ala Eastern yang dalam hal ini pola asuh keturunan Cina lebih banyak mencetak anak-anak yang berhasil daripada pola asuh ala Western yang dalam hal ini American Style. Di artikel itu dibahas bahwa pola asuh ala Eastern yang dikembangkan masyarakat keturunan Cina adalah pola asuh yang lebih kepada mendikte anak, keras/tegas dan sangat menjunjung tinggi hubungan anak dan orangtua. Sedangkan pola asuh ala Western yang dikembangkan masyarakat barat atau ala American Style, digambarkan adaah pola asuh yang merangkul anak, hubungan anak dan orangtua dibuat seperti hubungan pertemanan alias tidak berjarak. Ya bahasa kerennya pola asuh yang lebih demokratif.

Di usia saya pada saat itu yang kebetulan pada saat baca artikel itu sudah menikah dan beranak 2, saya mengevaluasi diri saya saat masih kecil dulu. Pola asuh mana yang saya dapat saat masih kecil dulu. Lalu saya pun juga melihat ke pola asuh orangtua muda zaman sekarang yang cenderung permisif menurut saya terhadap anak-anaknya. Mungkin mereka ingin menerapkan pola asuh ala western yang digadang-gadangkan adalah pola asuh paling tepat untuk zaman sekarang, yang merangkul anak, yang menjadikan anak layaknya seperti teman. Tapi beberapa kasus (tidak semua loh ya) saya justru melihat anaknya jadi kurang ajar, sementara orangtuanya pun jadi seperti memaklumi tingkah anaknya tersebut karena menganggap itu adalah bagian dari proses mereka belajar.

Lalu saya pun mengevaluasi pola asuh yang saya terapkan pada anak-anak saya saat ini. Tanpa saya sadari, saya seperti sedikit menduplikasi pola asuh orangtua saya dulu terhadap saya. Dulu, mama saya yang lebih dominan mendidik saya dan adik-adik saya. Mama saya cenderung mendikte, keras dan tegas dalam mendidik saya dan adik-adik saya. Yang namanya dicubit, dijewer, disabet pake lidi, disetrap sampe dijemur di tengah siang hari bolong, itu udah saya rasakan waktu jaman kecil dulu. Woww.. kalo dipikir-pikir mama saya galak banget yak.. ;) Tapi Alhamdulillah, setelah saya dewasa dan punya anak, hal itu justru menjadi hal yang menggelikan buat saya. Kenapa? karena hukuman-hukuman itu ya saya terima karena kenakalan-kenajkalan saya sendiri dan karena ketidakpatuhan saya terhadap orangtua. Sehingga pada saat itu, karena seringnya saya dihukum, saya pun tertanam di otak saya bahwa jika saya nakal dan tidak patuh maka saya akan dihukum. Sehingga saya pun dengan sendirinya berusaha menjaga sikap agar tidak dihukum. Dan sekali lagi saya mensyukuri bahwa saya punya orangtua yang dulu mendidik saya dengan keras, karena saya merasa saat ini saya tumbuh menjadi pribadi yang siap dan tahan banting, hahaha..

Kembali ke soal pola asuh ala eastern dan ala western tadi. Menurut saya kedua pola asuh ini menawarkan konsep yang sama-sama bagus, selama kita tau kadarnya dan tujuannya. Tetapi yang ndelalah-nya kan.. (menurut saya) ada beberapa orangtua yang mengadop konsep ala western atau eastern itu secara bulat-bulat tanpa memahami konsep dan tujuannya. Ortu yang marahin anak, hayu aja anaknya dimarahin terus.. ini ga boleh iotu ga boleh, ga nurut cabok..! Trus ortu yang (mengaku) demokratif, saat anaknya berlaku ga sopan, misalnya ada teman orangtuanya yang saat itu mungkin lagi bad hair day, trus anaknya langsung nyeletuk,"iih tante jelek banget sih.. kok oomnnya mau ya sama tante.." Orangtua si anak hanya tertawa dan menganggap itu adalah bagian dari kritisnya sang anak dalam menyikapi hal di sekitar mereka. Nah, ini loh yang menurut saya harus hati-hati..
Jamael Nadeem & Javier Hanif

Seperti yang tadi sempat saya sampaikan saya saat ini tanpa saya sadari telah mengadopsi pola asuh ala mama saya, which is cenderung ke pola asuh ala Eastern. Saya bilang, anak saya Jamael Nadeem (4 thn) dan Javier Hanif (1,5 thn), saat ini dua-duanya udah ngerasain yang namanya saya jewer, saya strap dan saya pukul kakinya. Saya ga membenarkan apa yang saya lakukan (jewer-strap-sentil anak) terhadap anak-anak saya, tetapi saya lebih tidak membenarkan lagi kenakalan-kenakalan dan keisengan (yang membahayakan) anak-anak saya. Itulah yang membuat saya marah dan sesekali menjewer dan menyentil mereka. Tetapi setiap kali saya marah, saya kasih waktu bagi anak-anak saya untuk sendiri untuk mereka berpikir akan kesalahannya, meski saya juga tau anak umur segitu mana bisa mikir begitu yak.. Maksud saya moment kasih mereka waktu berpikir adalah moment dimana saya pun bersikap acuh kepada mereka, saya diemin anak-anak saya. Mereka panggil saya ga sahutin, saya diemin. Sehingga saya yakin timbul perasaan ga nyaman di mereka akan situasi itu. Setelah saya anggap cukup waktunya (biasanya sekitar 15 menit), saya panggil mereka untuk menghadap saya sebagai maminya. Saya tanyain tuh, mereka tau ga kenapa maminya marah-marah, meski jawaban mereka biasanya selalu ga tau, buat saya pribadi disitulah proses mereka belajar. Belajar untuk tau mana yang boleh dan tidak serta mana yang benar dan salah.

O iya, btw dulu saya suka banget nonton tayangan Super Nanny di Metro TV, karena beberapa tips-nya menurut saya bisa saya terapkan ke anak-anak saya. Saya belajar mengenai pojok hukuman, eye contact dengan posisi mata sejajar dengan anak, dan suara datar namun tegas ya dari tayangan itu. Kembali ke anak-anak saya, setiap kali mereka kelar saya marahin, saya selalu ajak anak-anak untuk ngobrol, ya ga langsung ngakrab, tapi lebih ke ngomong yang menasehati, lalu diakhiri dengan ucapan "maaf". Saya minta maaf ke mereka karena sudah memarahi mereka, dan saya bilang saya marah karena saya sayang mereka. Satu ucapan yang saya pakai dan itu adalah ucapan mama saya ke saya dulu,"Masih kecil inilah kalian mami didik dan marahin, kalau udah besar udah ga guna.." Dan untuk situasi saya saat ini saya juga menambahkan kalimat,"kalian laki-laki, masih kecil ini mami didik, kalau udah besar mami marahin, kalian mungkin pergi minggat kalo dimarahin.." Hahahaha.. amit-amit ya.. semoga anak-anak saya jadi anak-anak soleh yang berbakti sama orangtua dan berguna bagi lingkungan dan bangsanya.

Jadi menurut saya, pola asuh western ataupun eastern, keduanya adalah baik. Tapi untuk penerapannya harus dikembalikan ke kondisi keluarga dan anak masing-masing. Sejauh ini untuk keluarga saya, mixed eastern-western adalah yang terbaik. Kalau menurut keluargamu?

Minggu, 16 September 2012

KFC Musicaholic Menjaga Stabilitas Bisnis KFC


 
Hari libur sekolah ceritanya ajak anak main ke playground dan makan di restoran cepat saji, yang kali ini harus saya sebutkan nama restonya, karena tulisan saya kali ini berhubungan dengan apa yang mau saya sampaikan. Ceritanya saya makan di KFC cabang yang kesekian ratusnya di daerah Bekasi. Saat sedang antri hingga makan, pikiran saya memuji akan keberhasilan band-band cemen yang “jualan” CD di KFC jadi band yang cukup bernama. Tapi ternyata kan kenyataannya ga Cuma band-band cemen aja yang “jual” CD, akhirnya banyak penyanyi solo ternama atau pun band besar akhirnya “jualan” CD di KFC ini. Ga tau deh, mereka yang mau atau management KFC yang nawarin mereka. Yang pasti pada akhirnya pasti kesepakatan mereka adalah Win-win-win solutions.

Yang saya tau, band yang ga terkenal yang pertama kali “jualan” CD di KFC adalah… wah?! Saya aja lupa nama band-nya.. tapi saya ingat betul lagunya, salah satu penggalan liriknya gini,”..bukannya aku takut akan kehilangan dirimu, tapi aku takut kehilangan cintamu..” Apa ya nama band-nya.. Ya itulah ya. Kalo ga salah itu sekitar 5 atau 6 tahun yang lalu ya. Hingga akhirnya sampe sekarang bejibun penyanyi dan band yang jual CD di KFC. Mungkin  saat ini udah pake waiting list ya.. Mulai dari penyanyi cilik, sampe penyanyi yang udah gede baik dari usia maupun namanya. Sebut aja yang tadi sempat saya liat CD-nya di jual di KFC, TRUTH. ini adalah Duo-nya Titi DJ dengan Ruth Sahanaya. Sedikit bahas ya, TRuth ini mungkin pecahannya 3 DIVA ya, setelah gara2 perceraian KD ama Anang, grup trio garapan Anang Hermansyah dan Jeffry Waworuntu ini jadi vakum yang mungkin sekarang juga udah bubar ya..? Tau ah..

Kembali ke beberapa penyanyi dan band yang CD-nya dijual di KFC, ada Agnes Monica, Slank, Ello, Opick, Umay bahkan band yang baru kayak Merpati? Iya ya.. kalo ga salah itu namanya, kok kayak nama maskapai penerbangan ya.. hehehehe. Ya dari berbagai nama band dan penyanyi, mulai dari yang sudah tenar hingga yang ingin tenar, saya melihat ada sebuah sistem yang baik dibalik management KFC yang membidangi penjualan CD ini. Dulu sekali, saya pernah membaca artikel tentang gebrakan KFC yang tidak hanya menjual makanan cepat saji, tetapi juga membundling penjualan makanannya dengan CD music yang dalam bahasa sales counter KFC, bonus CD. Hal itu dilakukan untuk memberikan sebuah refreshment dalam perkembangan bisnis KFC yang pada masa itu popularitasnya mulai turun dengan banyaknya pesaing di industri makanan cepat saji.  Sebuah hal yang tidak lazim pada masa itu, terkesan melawan arus dan bahkan mungkin oleh sebagian orang mencap, band-band yang CD-nya dijual di KFC adalah band-band kampung. Mungkin iya, pada masa-masa awal dirintisnya usaha itu. Bahkan menurut saya KFC maupun band yang CD-nya dijual di KFC mempunyai resiko image-nya saling bergantung. Kalau lagu band yang KFC jual adalah lagu yang ga laku di pasaran, itu mempengaruhi image KFC yang saat itu sedang redup menjadi semakin redup lagi. Sebaliknya, jika band tersebut lagunya bagus dan laku di pasaran, band tersebut seperti turun kelas, karena jualan CD di restoran cepat saji. Kayak ga mampu nembus toko-toko kaset besar aja..

Karena terus terang aja, buat saya contoh nyatanya adalah si band yang lagunya,”..bukannya aku takut akan kehilangan dirimu..tapi aku takut kehilangan cintamu..” sampe di alinea ini, saya ga berhasil mengingat nama band ini. Meski lagunya sukses tapi kan bikin orang inget mereka siapa. Tapi yang melekat di otak saya, mereka band jebolan KFC. Inti dari tulisan saya kali ini, saya ingin mengacungi jempol untuk ide KFC yang bekerja sama dengan para band atau penyanyi Indonesia dalam penjualan CD. Saya yakin sekali seiring dengan berjalannya waktu, alasan mereka saat ini bukan hanya untuk merefresh KFC, tetapi sudah bisa masuk ke alasan-alasan yang idealis, seperti ,”Kami KFC ingin dapat menjadi wadah bagi para musisi Indonesia dalam menjual karyanya..” atau bisa juga “ Kami KFC ingin membantu pemerintah dan para pelaku di industri musik Indonesia, agar jangan membeli CD palsu, karena dengan makan di KFC Anda sudah membantu pemerintah dalam mengurangi pembelian CD palsu dan membantu musisi Indonesia dalam menghargai karya musik anak bangsa..” atau bla..bla..bla..

Pastinya untung banget ya.. lah wong sekarang sekelas Agnes Monica dan Slank aja jualan CD disini J Dan selain itu menurut saya, KFC juga sudah berhasil menjaga stabilitas bisnis mereka, yang kalo bahasa industri Radio, positioning KFC sebagai restoran cepat saji lebih jelas dan lebih matang.

Rabu, 05 September 2012

Service Mika Lampu Besar Mobil Kijang Innova

Punya masalah rumah lampu besar mobil Anda yang berbahan mika tampilannya buram, sehingga mempengaruhi kualitas lampu saat jalan di malam hari? Ga usah pusing, dan mutusin langsung ganti lampu depan baru, yang harganya ga murah. Ternyata kondisi mika lampu besar untuk mobil, bisa diservice dengan harga (relatif) murah banget dibanding beli baru. Saya mau sharing pengalaman saya, yang dalam hal ini mika lampu besarnya mobil Kijang Innova.
Pertama, pastikan kondisi mika lampu besar buramnya karena air dan cuaca, sedangkan bagian dalam bagus alias ga masalah.

Oleh orang bengkel, rumah lampu akan dicopot dari dudukannya untuk dibersihkan. Konteks dibersihkan disini, ternyata bukan seperti mencuci, tetap permukaan atas mika lampu besar dikerok dengan menggunakan sejenis pisau. Seluruh permukaan mika dipastikan harus dikerok, agar hasil akhirnya rata dan maksimal.

Setelah seluruh lapisan dikerok, permukaan mika lampu dicuci bersih dengan air sabun sambil diamplas dengan amplas khusus hingga permukaannya terasa halus. Hal ini untuk memaksimalkan hasil saat dipoles.
Tahap berikutnya adalah permukaan lampu dikeringkan dan dipoles dengan menggunakan cairan poles yang juga biasa digunakan untuk poles body mobil. Agar maksimal, poles mika lampu besar ini pun menggunakan alat poles yang biasa digunakan untuk memoles body mobil.

Setelah dipoles, permukaan mika lampu besar pun tampil mengkilat lagi menyerupai barunya dan siap dipasang.

Saya ga begitu tau ada di bengkel mana saja, yang menyediakan jasa service mika lampu besar mobil ini. Tetapi untuk yang di daerah Bekasi, bisa menjajal bengkel Damay Jaya yang ada di jln Cut Meutia atau tepatnya di seberang Carrefour. Bengkel ini memang mengkhususkan diri di service power window, central lock dan menyediakan berbagai jenis lampu mobil. Jasa utk service sepasang mika lampu besar ini adalah Rp 200.000 saja. Harga yang murah kan dibanding beli baru 1 rumah lampu yang biasanya juga harus beli sepasang. Selamat mencoba kawan!

Mendidik Anak Untuk Bahagia

Add caption Beberapa hari lalu, tepatnya pas anak-anak didik saya di SFC Kids Futsal latihan, ceritanya saya membagikan piala yg sudah ...