Pusing dan galau. Kira-kira itu kata yang mewakili perasaan saya saat ini. Padahal ini bukan urusan yang gimana banget, tapi ini mengenai urusan pemilihan SD untuk anak saya yang In sha Allah tahun 204 ini masuk SD. Ternyata ga mudah milih sekolah untuk anak. Pertimbangannya ga cuma soal sekolah bagus dan biaya sekolahnya aja, tapi banyak lagi pertimbangan lainnya. Seperti, fasilitas sarana dan prasarana sekolah, SDM gurunya, jarak, waktu belajar, macam ekstrakulikuler, hingga lifestyle sekolah itu. Kenapa pula pake disebut lifestyle?? Ya iya dong, anak kita kan akan sekolah disana ga cuma 1 atau 2 tahun, tapi 6 tahun loh! dan artinya lingkungan itu yang akan jadi keseharian dia selain lingkungan rumah. Maka penting untuk kami selaku orangtua untuk memastikan lingkungan dan lifestyle seperti apa yang akan dihadapi anak kami. Karena itu juga jadi salah satu penentu kepribadian anak kami kelak.
Nadeem (6 thn) putra pertama kami, tahun ini mau masuk SD. Karakter anakku ini dibanding adiknya Hanif (3 thn) agak lebih nyeleneh. Maksudnya ya, Nadeem ini berdasarkan tes sidik jarinya dulu, merupakan anak dengan karakter kinestetik, yaitu anak yang cukup banyak bergerak dan belajarnya tidak cukup hanya dengan visualisasi, tetapi juga motoriknya diberdayakan atau dengan kata lain praktek. (baca: http://www.psikologizone.com/siswa-berkarakter-kinestetik-perlu-diperhatikan/065116867 ). Hal itu juga salah satu yang membuat saya jadi cukup berhati-hati milih sekolah untuk anak saya. Hasil tes sidik jarinya pun dulu menyarankan supaya anak saya ini, sekolah di sekolah alam. Well, itu satu hal baru untuk saya, selain metode belajarnya katanya beda dengan sekolah umum, sekolah alam yang bagus pun ternyata lokasinya ga dekat rumah saya. Satu hal yang juga harus jadi pertimbangan, saya ga mau anak saya udah stres duluan mau menuju sekolah, karena udah harus bangun pagi-pagi sekali untuk bisa berangkat sekolah, berpacu dengan kemacetan dan hiruk pikuk jalanan.
Akhirnya rencana untuk masuk ke SD alam sepertinya tidak bisa terealisasi. Akhirnya pilihan pun mengerucut lagi menjadi hanya 3 sekolah. Hal ini pun masih harus dibahas bersama, dengan suami dan anak saya. Disamping itu, mencari referensi pengelaman orang lain pun saya upayakan dengan ngobrol dengan teman yang anaknya sekolah di sekolah tersebut, atau bahkan browsing dari internet. Dari hasil ngobrol itu, menurut saya akhirnya pertimbangan memilih sekolah pun menjadi sangat kompleks. Mulai dari Gedung sekolah, sarana dan prasarana sekolah, SDM, keamanan, biaya sekolah, lokasi, jam belajar, kantin dan toilet serta lifestyle atau faktor lingkungannya. Saya pun untuk memudahkan identifikasinya sampe bikin tabel loh! Hihihi dasar emak-emak ya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mendidik Anak Untuk Bahagia
Add caption Beberapa hari lalu, tepatnya pas anak-anak didik saya di SFC Kids Futsal latihan, ceritanya saya membagikan piala yg sudah ...
-
Saat berhaji bersama tahun 2000 Nama lengkapnya Hj. Suhefni Amir, istri dari bapak Alm. H. Adrizal Agus. Mereka menikah pada bulan Ju...
-
Punya masalah rumah lampu besar mobil Anda yang berbahan mika tampilannya buram, sehingga mempengaruhi kualitas lampu saat jalan di malam ...
-
Akhirnya pake sedan lagi.. meski sekarang sedan hatchback. Jadi ceritanya sekarang saya pakai mobil Etios Valco keluaran Toyota yang diprod...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar