Kamis, 21 Mei 2015

Boys Day Out To Chipmunks Mega Bekasi

Boys Day Out. Nadeem & Friends

Akhirnya Boys Day Out yang ditunggu-tunggu putra saya tiba juga. Ceritanya hari ini, dia bersama beberapa teman-teman dekatnya di kelas akan main bareng di sebuah area playground di mall. Ini adalah pertama kalinya Nadeem, Boys Day Out bersama teman-teman dekatnya, tanpa didampingi orangtua mereka. Berawal dari Nadeem yang mempertanyakan kenapa ulang tahunnya kali ini tidak diramein seperti saat di TK dulu. Saya katakan karena dia sudah besar dan kami orang tuanya ga mau bikin acara-acara seperti itu lagi. Tapi emang dasar anaknya penasaran sih ya.. hehehe.. Akhirnya saya terpikir untuk membuat acara dimana dia boleh mengundang teman-teman yang dia sangat akrab di kelas untuk bermain bersama, hanya mereka, tanpa orangtuanya. Sebetulnya tujuan utamanya adalah, saya ingin Nadeem bisa punya pengalaman berbeda dari yang pernah dia rasakan selama hidupnya.

Nadeem putra saya saat ini sudah berusia 7 tahun. Secara Islam usia itu sudah “wajib” sholat meski masih dalam proses belajar. Dan orangtuanya pun juga dalam membimbingnya diperkenankan memukul kakinya jika si anak tidak mau sholat.  Hal itu lah juga yang mendasari pemikiran saya bahwa usia 7 tahun putra saya ini adalah gerbang awal dari kehidupan mandirinya seorang anak laki-laki. Sejak dulu saya selalu punya pikiran, punya anak laki-laki itu sebentar. Karena ketika mereka udah besar dikit, mereka udah ga mau dicium, dipeluk, disayang-sayang, katanya anak cowo gengsinya lebih tinggi. Dan itu emang saya rasain, anak saya ini kalo diantar ke sekolah, ga mau dicium, malu katanya. Hahahaha.. Tapi kalo dirumah, liat adeknya disayang-sayang, dipeluk dan dicium, dia pasti komentar,”Mami anaknya Cuma 1 ya..?”. Ya itulah anak laki-laki saya, gengsinya udah mulai muncul. Saya yakin juga kalo udah punya temen deket, mereka juga akan banyak acara jalan bareng, dan bakalan sulit diajak ortunya untuk jalan bareng. Kata orang anak sekarang pubernya cepet banget. Kalo itu saya belum melihat tanda-tandanya.

Tetapi saya ingin membuat anak saya Nadeem tetap bisa dekat dengan saya meski tidak dalam sentuhan fisik, tetapi juga secara emosional. Saya ingin anak saya bisa menganggap saya bukan hanya sebagai orangtuanya, tetapi juga bisa dia anggap sebagai temannya, sahabatnya yang bisa dia curhatin berbagai hal seru hingga sedih. Tentu itu ga akan bisa muncul dengan sendirinya, tanpa ada usaha saya untuk menunjukkan posisi saya sebagai orang yang bisa dianggapnya “cool” alias keren hehehe..

Ceritanya hari ini Nadeem bersama beberapa orang temennya main bareng di sebuah Playground yang pas banget untuk menyalurkan energi aktif anak laki-laki. Adiknya, Hanif pun saya ikut sertakan, karena saya juga ingin saat mereka besar nanti, temannya Nadeem adalah temannya Hanif, sebaliknya temannya Hanif adalah temannya Nadeem juga. Ini adalah salah satu cara saya untuk menjaga anak-anak saya. Karena menurut saya dengan saling mengenal lingkungan teman saudaranya, saya berharap bisa mengontrol mereka dengan bertanya ke masing-masing anak-anak saya. Ya tapi ini adalah pemikiran saya saat ini, berdasarkan pengamatan saya. Mungkin saya salah tapi mungkin juga benar.. karena saya belum pernah punya pengalaman menjadi orangtua, dan tidak ada sekolah menjadi orangtua yang baik. Semua saya lakukan hanya mengikuti insting seorang ibu saja.

Satu yang pasti, saya percaya bahwa apa yang bisa kita lakukan hari ini semua berawal dari sebuah kebiasaan. Dan saya ingin membuat berbagai kebiasaan-kebiasaan yang positif bagi anak saya. Salah satunya adalah memulai kegiatan Boys Day Out ini dengan saya dampingi.. sehingga saat nanti dia dan teman-temannya udah bisa janjian sendiri untuk jalan bareng, mereka ga keberatan kalo saya maminya ini, ikut mendampingi mereka dari kejauhan. Mungkin sebenernya saya juga rada-rada kepo kali ya.. kira-kira anak-anak 7 tahunan ini pada bahas apa saat sedang main bareng gini.. Bagaimana bahasa mereka, sopan atau kasar? Bagaimana attitutude mereka saat jauh dari orangtuanya? Karena ini juga penting untuk saya kemudian menentukan cara-cara berkomunikasi dengan anak-anak saya.

Well, sejauh mata memandang, telinga mendengar, Nadeem & Friends bertingkah polah layaknya anak-anak usia 7 tahun yang normal. Saya senang, mereka dalam menyebut dirinya tidak menggunakan kata "lo-gue", karena menurut saya ada masanya mereka akan berbahasa prokem seperti itu. Lalu topik-topik pembicaraan mereka pun masih sangat anak-anak dengan berbagai imajinasi dunia anak. Hal sepele bisa membuat mereka tertawa tergelak-gelak. Tapi, kecil-kecil ternyata mereka punya panggilan khas untuk beberapa temen mereka, diantaranya yang saya inget, "cilok" dan "sasongko", hahaha.. ga tau juga kenapa dipanggil begitu ya. Keingintahuan mereka sangat terlihat jelas ketika semua wahana mainan mereka mainkan, dengan sangat antusias. Berlari, melompat, meluncur, guling-gulingan, hingga dorong-dorongan mereka lakoni bersama dengan suka cita. Bahagia sekali rasanya melihat kebahagiaan anak-anak usia 7 tahunan ini. Kalo ga diiming-imingi makan es krim abis main, kayaknya susah banget meminta anak-anak ini stop bermain. Yah semoga pengalaman hari ini bisa membuat mereka lebih merasakan kedekatan akan pertemanan mereka dan tentunya harapan saya bisa menjadi pengalaman berkesan yang akan mereka kenang selalu. Terima kasih sekali buat para orangtua teman-temannya Nadeem yang udah mau kasih izin bagi putra-putra mereka untuk pergi bersama Nadeem anak saya ^_^

Sesaat sebelum mulai bermain

Main PolMal (Polisi Maling) versi Boom Boom Car.
Main PolMal

Ke area balita meski mereka bukan balita lagi, ck..ck..ck..

Naik Kapal-kapalan

Keisengan anak-anak yang tertangkap kamera foto

Meski main tanpa orangtua, kewajiban tetap dijalankan. Alhamdulillah..

Kiri atas - Tengah : Valen, Cello, Radit, Alif, Nayaka, Bagas, Daffa P, Nadeem.

Gayanya anak-anak, hahahaha..
Sesi Makan Siang, semuanya pada pintar makan sendiri

Masih tetap, gayanya anak-anak.

Acara Makan Es Krim, bujukan biar mau pada udahan mainnya :)
Wefie with Kiddos


Jumat, 08 Mei 2015

Pengalaman Memandikan Jenazah

Sebuah pengalaman yang luar biasa buat saya, bahwa hari ini saya untuk pertama kalinya dalam hidup saya mengikuti semua prosesi pemakaman. Sebuah pengalaman yang tidak pernah saya rencanakan untuk saya alami, seperti halnya kita merencanakan liburan keluarga untuk pergi ke suatu tempat. Semuanya mengalir begitu saja, hati saya seperti tergerak sendiri untuk punya inisiatif ikut dalam prosesi pemandian jenazah Almarhumah tante saya yang bungsu (karena ga ada yang nawarin ikut mandiin jenazah, tapi saya tergerak aja ingin ikut melihat dan akhirnya betul-betul ikut membantu mandiin jenazah), yang juga merupakan adik Almarhum Papa saya. Bahkan saat Papa saya meninggal pun, saya tidak mengikuti prosesi pemandian jenazah sejak awal, hanya saat sudah dibersihkan dan dimandikan saja, baru saya ikut menyiramkan air. Itu pun saya belum bisa memaknai semuanya seperti apa yang saya pahami hari ini.

Saat pertama melihat jenazah tante saya terbujur kaku tak berdaya disiram air dan disabuni oleh seorang wanita yang memang berprofesi sebagai tukang mandiin jenazah, air mata saya menetes. Betapa kita manusia ini tidak lah berdaya apa-apa ketika ajal sudah menjemput, hanya sebuah jasad yang telanjang dan tidak membawa apa-apa ke dalam kuburannya. Betapa saya akhirnya betul-betul merasakan, makna dari tausiah yang sering saya dengar dan mungkin Anda juga pernah mendengarnya, bahwa setelah kita meninggal, maka putuslah segala amal ibadah kita, yang biasanya sholat sendiri akhirnya harus disholatin, biasa sedekah akhirnya disedekahin sama keluarganya, dan seterusnya. Bahwa ketika kita meninggal dunia, hanya ada 3 hal yang kita tinggalkan sekaligus kita bawa, yaitu sedekah dan amal kita, ilmu yang bermanfaat, serta anak (keluarga) soleh yang mendoakan. Hampir sepanjang proses memandikan jenazah, air mata saya mengalir, bukan menangisi kepergian Almarhumah tante saya yang demikian mendadak (takdir Allah soal kematian adalah pasti dan tidak boleh ditangisi secara berlebihan), tetapi rasa dimana saya membayangkan jika jenazah itu adalah saya sendiri, apakah sudah cukup 3 hal yang akan saya bawa mati tadi? Lalu secara bergantian terbayang pula wajah orangtua sendiri, mertua, suami dan anak-anak saya. Spontan dalam hati saya berdoa, memohonkan pada Allah untuk diberikan kesehatan, rezeki dan umur yang panjang dalam kebaikan, untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi, menjadi istri-anak-menantu dan seorang ibu yang lebih baik lagi.

Khususnya saya ingin bisa meninggalkan banyak ilmu yang baik dan bermanfaat bagi anak-anak saya, ingin ketika waktu saya nanti tiba, anak-anak saya senantiasa ada di sekitar jenazah saya, bukan untuk menangisi saya, tetapi untuk betul-betul dengan tulus mendoakan saya dan memohonkan ampunan bagi saya kepada Allah. Karena hanya doa anak-anak yang soleh yang didengar dan dikabulkan oleh Allah. Saat terakhir, semua anggota keluarga inti Almarhum tante saya dipanggil untuk menyiramkan air larutan kapur barus, disitu tangis saya pun pecah kembali. Sedih melihat putra-putranya yang memandikan ibu mereka untuk terakhir kalinya. Lagi-lagi saya membayangkan jenazah itu adalah saya. dan kedua putra saya, suami saya dan orang-orang terdekat saya. Subhanallah.. rasanya ga tergambarkan dengan kata-kata perasaan saya tadi.

Saat proses pemasangan kain kafan pun saya melihat semuanya. Saat itu anak-anak saya yang masih berusia 7 tahun dan 4 tahun saya panggil, saya peluk mereka. Saya ajak mereka untuk melihat jenazah Nenda-nya (panggilan anak-anak saya terhadap tante saya), saya minta mereka yang sudah hafal surat Al Fatiha untuk membacakannya di depan jenazah Almarhumah. Saya katakan pada mereka bahwa Nenda sudah meninggal, kita ga akan pernah ketemu Nenda lagi, mungkin mereka belum terlalu paham. Tapi saya yakin In Shaa Allah hal ini akan menjadi memori yang baik bagi mereka.

Lalu saat proses penguburan jenazah, lagi-lagi saya tidak mampu membendung air mata. Mungkin orang yang tidak kenal saya akan bertanya-tanya, apakah saya anak dari Almarhumah? kenapa terlihat seperti sering sekali menangis. Ya, saya menangis bukan menangisi Almarhumah, karena kita tidak boleh berlebihan menangisi orang yang sudah meninggal, karena itu sudah takdir Allah yang harus dijalani. Bahkan saat menulis ini pun saya menangis..  Tetapi ya itu tadi, saya membayangkan kalau yang dikuburkan itu saya sendiri. Saya teringat betapa sehatnya tante saya itu, betapa cerianya wajahnya Almarhumah, terbayang canda dan gelak tawanya, tetapi ketika ajal datang, maka kita hanya menjadi seonggok tulang dan daging yang tak berdaya yang akan kembali mencium tanah. Allahu Akbar.. Ditambah lagi, kalimat-kalimat untaian doa dalam bahasa arab yang beberapa diantaranya saya tau artinya, membuat hati ini sangat tersentuh, hingga tak bisa membendung air mata.

Anak-anak saya mendekati saya, mereka ingin melihat lebih dekat ke liang kubur. Saya dampingi dan pegangi mereka untuk melihat ke dalam lubang kubur. Kata putra saya yang pertama,"Mami dibawah itu ada apa? Nadeem pengen lihat..", yang kemudian membuat adiknya pun ingin melihat juga. Saya pegangi tangan mereka secara bergantian untuk melihat, lalu saya bisikkan ke mereka bahwa itulah proses kematian seorang manusia, bahwa kita semua ketika meninggal akan menjalani proses yang sama. Dikuburkan dibawah tanah, seorang diri tanpa membawa apa-apa. Kembali saya katakan pada mereka untuk membacakan surat Al Fatiha bagi Nenda mereka, dan saya katakan pula pada mereka, "Kalo orangtua kalian yang meninggal, kalian doakan selalu kami ya nak..". Putra saya yang pertama terlihat mengedip-ngedipkan matanya, berusaha untuk tidak menangis, mendengarkan kata-kata saya. Dan Alhamdulillah semua proses pemakaman sudah selesai dengan lancar dan cuaca yang sangat baik.
Putra saya Nadeem (7 thn), di sebelah kanan berbaju biru didampingi Om saya.

Inti dari tulisan saya ini bukan untuk menggurui siapa pun, atau bahkan merasa paling pintar dan benar. Jika ada terbersit makna itu yang Anda pahami dibalik tulisan saya, saya mohon maaf dan kepada Allah saya mohon ampunan. Niat saya menuliskan ini adalah semata-mata ingin membagi pengalaman saya. yang semoga tulisan ini juga bisa menjadi pengalaman/ilmu yang bisa saya bagikan kepada orang lain, khususnya anak-anak saya yang kelak mungkin juga akan membaca tulisan-tulisan di blog saya ini dan sudah bisa memahami dan memaknai isi dari tulisan ini dengan baik. Saya masih awam dan In Shaa Allah akan terus belajar, juga akan terus berbagi Ilmu yang saya miliki. In Shaa Allah..

Innalillahi wa innailaihirojiuun.. Selamat Jalan Ucu..








Mendidik Anak Untuk Bahagia

Add caption Beberapa hari lalu, tepatnya pas anak-anak didik saya di SFC Kids Futsal latihan, ceritanya saya membagikan piala yg sudah ...