Sejak awal datang, saya betul-betul memberikan ruang baginya untuk beradaptasi dengan panggungnya yang megah, dengan lingkungan sekitarnya (karena semua anak-anak yang ada disana tidak ada satu pun yang dia kenal) dan pastinya dengan dirinya sendiri, yaitu bagaimana dia membuat dirinya merasa nyaman dengan semua situasi saat itu. Seperti biasa, anak saya tidak terlalu sulit untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan hanya dalam beberapa menit saja, dia juga sudah akrab dengan beberapa peserta lain yang juga bermain disana. Saat panitia mulai mengundang anak-anak untuk menduduki kursi peserta, saya pun membiarkan dia sendiri, tanpa ikut campur. Karena saya pikir sudah ada panitianya yang mengatur dan saya pun cukup mengawasinya dari jauh saja. Pada saat itu, Nadeem masih terlihat tenang saja, masih bisa tertawa dan bercanda dengan peserta lainnya.
Nadeem (tengah) posturnya paling kecil diantara peserta lainnya. |
Bisa dibilang yang nervous malah saya dan mama saya yang juga sengaja hadir untuk melihat penampilan cucu sulungnya ini. "Kak, kenapa sih Nadeem ga dipakein kostum juga kayak anak-anak yang lain, kan bagus-bagus tuh bajunya.. Kan kasian Nadeem, dia doang yang bajunya biasa aja..", begitu kata mama saya begitu melihat penampilan peserta-peserta lain yang bisa dibilang niat banget, hehehe... Saya pun cuma menjawab,"Iya tenang aja ma.. kakak niatnya memang bukan untuk Nadeem menang atau kalah, kakak pengen liat keberanian Nadeem untuk tampil didepan umum dengan apa adanya dia". Eh tapi behind the scene nih ceritanya, beberapa saat setelah Nadeem tampil, saya dipanggil panitia, katanya anak saya nangis. Setelah saya tanya kenapa, dia jawab,"Nadeem lapeerr.." hahahaha.. iya pasti laper ya, soalnya saat itu udah jam 2an dan dia emang belum makan siang.
Nadeem saat berjalan di Catwalk GMS Kids JF3 2013 |
Jamael Nadeem Omero (5th) saat Gladi Resik sebelum lomba mulai. |
Nadeem saat babak penyisihan di La Piazza Kelapa Gading |
Nadeem (kiri) bersama salah satu temannya saat babak penyisihan di La Piazza Kelapa Gading. |
Memang sih, kalau selintas orang mungkin berpikir saya ngedaftarin anak ikut lomba model biar anaknya jadi model, masuk tv or majalah, jadi bintang iklan dan seterusnya. Well, itu salah. Motivasi saya untuk mendaftarkan anak ikut lomba modelling adalah, ingin memberikan pengalaman dan wawasan bagi anak saya. Agar ruang lingkup pemahaman dan wawasannya tidak terbatas. Karena jujur aja, saya dulu sampe mau kuliah, jurusan kuliah yang akan saya pilih cuma 2 yang saya minati, manajemen ekonomi dan hukum. Karena merasa ga ada pilihan saya pun berniat memilih manajemen. Alhamdulillah, ketemu dengan om yang berhasil "mengorek" minat saya dan menunjukkan jurusan yang memang tepat dengan minat saya yaitu Fakultas Ilmu Komunikasi, jurusan Jurnalistik. Cita-cita pun waktu itu saya ga begitu banyak tau profesi pekerjaan. Terbatas pada pengetahuan PNS atau pegawai swasta. Padahal pegawai swasta itu banyak banget yaa...
Atas pengalaman itulah, saya ingin memberikan pengetahuan dan wawasan yang seluas-luasnya bagi anak saya yang masih usia dini ini. Saya ingin anak-anak saya kelak sejak usia dini sudah tau mereka ingin menjadi apa dan bagaimana untuk mencapai cita-cita mereka. Yaa.. kalo yang pernah dengar talkshow-nya Ayah Edi, anak harus diberikan wawasan dan motivasi agar mereka mau belajar dan berusaha mencapai apa yang jadi cita-cita dan keinginan mereka.
Kembali ke anak saya yang sudah berhasil menyelesaikan Grand Final lomba modelling GMS Kids JF3 2013. Sejak awal anak saya adalah pemenang buat saya.. hahahaha, ini cara klise emak-emak untuk nyenengin hati kalo anak ga menang. Eh tapi serius loh.. niat mendaftarkan Nadeem ikut lomba adalah biar dia punya pengalaman. Sebelum mendaftar pun, anaknya saya tanya dulu, dan dia pun bertanya balik ke saya apa itu lomba modelling. Setelah dijelaskan dan dikasih liat berbagai foto dan video modeling, dia tertarik dan mau ikut. Bahkan dia juga yang nanya bolak balik kapan lombanya mulai.
Intinya, saya betul-betul bangga dan terharu melihat anak sendiri yang baru umur 5 tahun 1 Mei lalu, berani tampil apa adanya, ga ada rasa minder dengan peserta yang lain meski wardrobe-nya biasa banget dibanding peserta lain yang heboh dan mewah. Saya ingat, dulu waktu saya TK, saya juga pernah diikutsertakan lomba menyanyi, begitu menjelang giliran saya, saya nangis merengek ke guru saya, untuk tidak usah tampil karena saya takut. Saking gugupnya saya menangis sampe sesenggukan dan gemeteran. Akhirnya saya pun ga jadi tampil di lomba itu. Untungnya guru saya ibu Mus (kalo guru baek pasti diinget sama muridnya :D), dengan bijaknya membujuk saya untuk tidak perlu menangis, bahkan saya diantar pulang langsung pake motornya si ibu. Kejadian grogi dan gugup naik panggung itu, masih saya alami hingga SMA. Makanya saya begitu takjubnya melihat anak sendiri bisa sebegitu tenangnya menjalani semua tahap lomba, meski saya tau betul anak saya juga grogi.
Inti dari tulisan saya ini adalah agar kita sebagai orangtua tidak terjebak dengan keinginan dan cita-cita kita pribadi. Kalo kata orang obsesi emaknya ga kesampean, anaknya yang disuruh nerusin.. hihihihi.. Insya Allah saya pun juga ga kejebak, tetap dengan niat dan tujuan untuk menjadikan anak cerdas, bukan sekedar pintar diatas kertas, tetapi cerdas secara emosional dan juga IQ-nya. Semoga tulisan saya bisa memberikan motivasi bagi para orangtua lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar