Selasa, 21 Mei 2013

Persepsi Keliru Soal Pembantu

Pagi tadi, dari dalam rumah sayup-sayup terdengar suara percakapan pembantu tetangga dengan anak bungsu saya Hanif (2 thn), yang kira-kira kalo saya buatkan transkripnya seperti ini :

PRT     : Hanif, udah ganteng nih.. udah mandi ya..?
Hanif   : Iya udah..
PRT     : Siapa yang mandiin..?
Hanif   : Mami..
PRT     : Kok mami, emang mbaknya kemana..?
Hanif   : Ada kok..

Hanif, 2 Thn.
Menurut Anda, ada yang salah ga dengan percakapan anak saya dengan salah seorang pembantu tetangga saya ini? Ehhmm.. mungkin sekilas ga ada yang salah ya.. :) tapi buat saya pribadi memang tidak ada yang salah, tetapi ada yang keliru. Kenapa saya bilang keliru? Coba aja baca komentar si pembantu saat anak saya menjawab yang mandiin dia adalah saya ibunya sendiri, oleh si PRT itu malah ditanggapi kok mandi sama mami, padahal kan ada pembantu yang bisa disuruh. Ya terlepas dari si PRT itu mungkin ga ada tendensi maksud apa-apa selain sekedar menyapa anak saya.

Tetap hal ini menjadi menarik perhatian saya, bahwa ternyata di lingkungan kita saat ini memang ada kemunduran persepsi, kalau boleh saya bahasakan demikian. Kenapa saya anggap kemunduran..? Karena sepertinya ada kesan, jaman sekarang tuh kalo punya pembantu tapi kalo kita sebagai majikan masih ngerjain urusan rumah, seperti momong anak, nyapu, ngepel dan masak sendiri, itu tuh jadi percuma pake pembantu. Padahal kalo mau dipikirkan dengan jernih, kata Pembantu itu artinya orang yang membantu, yaitu membantu kita dirumah, meringankan perkerjaan rumah kita sehingga ga semua dikerjakan sendiri. Artinya, bagi saya pembantu yang memang berfungsi untuk membantu saya membereskan rumah dan momong anak-anak saya, di saat saya tidak sempat dan tidak bisa. Ketika waktu luang, saya pun memanfaatkannya untuk momong anak-anak agar lebih dekat dengan mereka, salah satunya dengan memandikan dan menyuapi mereka makan. Lalu sesekali saya menyempatkan diri untuk membersihkan sendiri rumah, seperti menyapu dan mengepel, karena namanya pembantu, kadang kerjaannya asal beres saja kan. Sehingga saya selaku pemilik rumah juga ingin mendapatkan hasil sempurna yang mungkin itu ga bisa saya dapatkan kalau tidak saya kerjakan sendiri. Apakah itu salah? Keliru?

Buat saya jawabannya tidak! Tetapi ternyata banyak orang diluar sana yang beranggapan itu salah, itu keliru. "Ngapain kita gaji dia mahal-mahal kalo masih  kita juga yang ngerjain..", kira-kira begitu kata salah satu teman saya menanggapi masalah pembantu. Hal yang ingin saya sampaikan adalah, terkadang kita terlalu "tunduk" kepada pembantu, sangat takut kehilangan pembantu, tapi ketika ada kadang-kadang mereka diperlakukan seperti robot, disuruh-suruh terus, seperti yang ga rela kalo liat PRT-nya ga ada kerjaan atau istirahat. Jadi kayak seolah-olah bisa mati kalo ga ada pembantu. hehehehe.. lebay kalo gitu mah..

Ya sekedar mengingatkan saja, agar kita para perempuan, para ibu yang juga mungkin sekaligus ibu bekerja, tidak lupa akan kodratnya untuk mengurus anak dan mengurus rumahnya. Jangan sampai alasan mencari uang untuk menambah kebutuhan keluarga sekaligus membantu meringankan beban suami, dijadikan tameng untuk tidak mengurusi dan mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Padahal justru itu lah kewajiban seorang ibu. Bahwa dia juga bisa sekaligus bekerja, itu menjadi pahal tambahan baginya. Saat-saat memandikan anak, menyuapi anak, itu adalah moment yang dapat mendekatkan dan menghangatkan hubungan antara orangtua dan anaknya. Sementara membersihkan rumahnya sendiri, itu adalah momen untuk kita mengecek kondisi dan keadaan rumah. Masa' ngaku rumah sendiri, tapi posisi penyimpanan palu dan obeng ga tau, dan harus tanya pembantu. Ayo jeng, kita perbaiki persepsi yang salah..

Tidak ada komentar:

Mendidik Anak Untuk Bahagia

Add caption Beberapa hari lalu, tepatnya pas anak-anak didik saya di SFC Kids Futsal latihan, ceritanya saya membagikan piala yg sudah ...