Waktu tahun 90-an sampe 2000-an.. saya melihat kalo wanita udah pake jilbab itu pasti baik dan solehah. Setidaknya itu yang terbayang di benak saya ketika melihat wanita-wanita berjilbab saat itu. Tentu penglihatan saya itu juga dibarengin dengan pemahaman saya di masa itu. Karena saya generasi 80-an.. tentu kebayang kan usia saya berapa saat itu. Nah, berbeda dengan saat ini. Dibandingkan dulu, sekarang ini, Jilbab sudah lebih familiar di mata kita, dengan berbagai modelnya dan kemudahaan cara pakainya. Saya tertarik menuliskan apa yang menjadi pemahaman saya tentang fenomena berjilbab hari ini, dikaitkan dengan kontroversi Film Hijab yang sedang main di bioskop saat ini. Ini adalah pemikiran saya, sehingga jika ada yang berbeda dengan saya, saya anggap bukan masalah karena semua orang bebas berintrepretasi.
Terus terang saya belum nonton film Hijab, tetapi sempat melihat Trailer film tersebut. Dan jujur, saya tidak tertarik untuk menontonnya. Kenapa saya bilang ga tertarik..? Karena jilbab-jilbab atau fashion yang ditampilkan di film itu menurut saya (dan berdasarkan pemahaman saya yang saya dapatkan dari para ulama dan sahabat-sahabat saya yang sudah lebih dulu berjilbab), bukan mewakili atau mencontohkan yang seharusnya. Lalu kenapa saya harus menonton film tersebut, kalo ternyata film tersebut nanti bisa mempengaruhi keyakinan saya akan cara berjilbab yang baik itu seperti apa. Tapi... saya juga ga menutup mata bahwa fenomena yang diceritakan dalam film itu juga ada, dan terjadi di masyarakat kita. Di awal Trailer film dibuat sebuah highlight scene (saya yakin tujuannya untuk membuat orang penasaran akan terusan kalimat tersebut), "Apa alasan kamu pake Jilbab? Alasan saya adalah karena saya kejebak!". Well, ibarat bikin berita di koran, judul harus provokatif dan menarik! Hehehe, kira-kira begitu juga tujuan highlite scene tersebut menurut saya. Dan Seterusnya, kurang lebih isi film-nya pun bisa saya tebak apa isinya. Karena itu ga sesuai dengan ilmu apa yang saya butuhkan dan ingin selalu saya tambah, maka saya ga berniat menonton film itu. Dan itu adalah kebebasan kita kan mau nonton atau tidak..
Tetapi yang jadi masalah adalah.. bagi mereka yang belum begitu paham tentang kenapa semua wanita baligh harus berjilbab, disitu yang bisa menimbulkan masalah. Di Al Quran, jelas disebutkan bahwa wanita wajib menutup auratnya, mulai dari kaki hingga ujung rambutnya. Tetapi di negara kita ini memang, masih belum semua orang Islam tau dan paham itu. Dulu saya berpikir bahwa saya akan berjilbab jika saya sudah siap.. Ternyata itu ga benar, jilbab itu wajib dikenakan bagi perempuan yang sudah baligh. Lalu saya dulu berpikir semua wanita berjilbab itu adalah wanita solehah.. ternyata setelah saya berjilbab dan masuk ke lingkungan orang-orang berjilbab dan lingkungan yang cenderung Islami, saya bertemu loh wanita berjilbab tapi suka ngomongin orang, berlaku sombong, dan sikap-sikap yang kurang terpuji lainnya. O iya, saya ngomong gini bukan berarti saya udah sempurna ya, In Shaa Allah masih banyak hal buruk di saya yang juga harus segera saya perbaiki. Dari artikel-artikel Islam yang saya baca dan diskusi-diskusi pengajian, disitu pula saya tau bahwa Jilbab dan Ahlak adalah 2 hal yang berbeda. Tidak semua wanita berjilbab memiliki ahlak yang baik.. tetapi wanita yang berahlak mulia, sudah pasti berjilbab. Sehingga saya yang dulunya sangat kagum dengan semua perempuan berjilbab, perlahan bisa memilih, mana wanita berjilbab yang bisa dikagumi dan diteladani sifat baiknya, sebagai role model untuk saya menjadi lebih baik lagi. Sementara perempuan berjilbab yang (mungkin) masih baru dan motivasi berjilbabnya sekedar ikut-ikutan tren, menurut saya perlu dibimbing seperti halnya saya ini. Alhamdulillah, kehidupan lingkungan saya hari ini adalah lingkungan yang sangat Islami, anak saya keduanya sekolah di Sekolah IT (Islam Terpadu), rumah dikitari oleh beberapa mesjid besar. Jadi ga terlalu sulit untuk saya beradaptasi dan mengadopsi konsep hidup yang Islami.
Jadi kalo Zaskia Mecca si Producer film sekaligus bintang film ini bilang, bahwa film ini adalah mewakili kisah nyata dari dirinya sendiri, ya sah-sah aja. Lalu ketika para wanita berjilbab (diwakili oleh Hanum Rais putri Amin Rais yang menulis di internet) dan umat muslim lainnya protes akan cerita film yang lebih menonjolkan kaum feminis kota besar dengan gaya hidup hedon-nya, juga wajar aja sih menurut saya. Tetapi kalo saya boleh menyarankan untuk para pembuat film yang berencana membuat film apalagi yang nyerempet-nyerempet tentang agama tertentu, mohon pikirkan juga dampaknya, bukan cuma dampak keuntungan bagi kalian. Saya setuju dengan Ummi Pipik istri Alm. Uje yang membuat film kisah cinta dan hijrahnya pasangan ini ke kehidupan yang lebih Islami. Di film itu, Ummi Pipik minta kepada sutradara untuk setiap scene film tidak terlalu mengekspos kehidupan kelam Alm. Uje, karena ia tidak mau orang terfokus pada hal tersebut, tetapi lebih kepada sifat-sifat baik Ustadz saja. Nah saya setuju sekali itu.
Yang dikhawatirkan Hanum Rais dan umat Islam lain yang ikut protes atas penayangan film ini, adalah persepsi orang terhadap perempuan berjilbab. Karena sejatinya jilbab itu sangat tidak terwakili di film itu, akan berbeda mungkin ceritanya, kalo judul filmnya ga usah pake judul "Hijab", dan Trailer pun jangan memunculkan persepsi provokatif. Untuk temen-temen saya yang baca tulisan ini, silahkan menonton film Hijab sebagai sekedar tontonan hiburan saja, tanpa terprovokasi untuk mengikuti fashion-fashion yang ada, atau bahkan pola pikir feminism yang ditunjukkan di film itu. Sejatinya, di kitab kita semua jelas mengenai aturan berjilbab, dan aturan bagi kaum wanita bersuami. Itu aja yang jadi pedoman. Tapi kalo merasa seperti saya, ga merasa dapat manfaat dengan nonton film itu, ya ga usah nonton. Mending nonton film Merry Riana atau Dibalik 98, hehehe.. Keep Smart, Ladies!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mendidik Anak Untuk Bahagia
Add caption Beberapa hari lalu, tepatnya pas anak-anak didik saya di SFC Kids Futsal latihan, ceritanya saya membagikan piala yg sudah ...
-
Saat berhaji bersama tahun 2000 Nama lengkapnya Hj. Suhefni Amir, istri dari bapak Alm. H. Adrizal Agus. Mereka menikah pada bulan Ju...
-
Punya masalah rumah lampu besar mobil Anda yang berbahan mika tampilannya buram, sehingga mempengaruhi kualitas lampu saat jalan di malam ...
-
Akhirnya pake sedan lagi.. meski sekarang sedan hatchback. Jadi ceritanya sekarang saya pakai mobil Etios Valco keluaran Toyota yang diprod...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar